JEMBER, FaktualNews.co – Sebanyak lima Polres se Tapal Kuda, yakni Lumajang, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, dan Jember, menggelar kegiatan deklarasi Millenial Road Safety Festival (MRSF) di alun-alun Kota Jember, Minggu (24/2/2019).
Deklarasi itu, sebagai upaya meminimalisir dan mengedukasi masyarakat khususnya usia produktif, untuk tertib berlalu lintas. Karena fenomena yang miris saat ini, kecelakaan lalu lintas mayoritas pengendara motor ternyata anak-anak, dan 60 persen usia produktif atau biasa disebut generasi millenial.
“Adanya deklarasi ini adalah untuk millenial (generasi muda) lalu lintas, agar tertib berlalu lintas, karena dengan begitu, meminimalisir pelanggaran, juga angka kecelakaan,” kata Kapolres Jember, AKBP Kusworo Wibowo saat dikonfirmasi wartawan.
Sehingga dengan gelaran acara deklarasi tersebut, lanjut Kusworo, bertujuan untuk menyelamatkan generasi muda sebagai SDM aset bangsa. Karena diketahui, sekitar 60 persen korban kecelakaan lalu lintas (lakalantas) adalah generasi millenial.
“Dalam kegiatan ini, kita ajak pengampu kebijakan di sekolah, khususnya SMA dan SMK untuk sosialisasi terus tentang tertib berlalu lintas. Karena 3 bulan belakangan ini, 60 persen korban lakalantas usia 17 sampai 35 tahun,” ungkapnya.
Sementara itu, salah seorang pelajar SMA Marfuatun menyampaikan, dari kegiatan deklarasi ini, diharapkan dapat memberikan edukasi yang baik tentang tertib lalu lintas.
“Karena seperti saya ketahui, banyak anak belum cukup umur sudah berkendara motor. Padahal belum waktunya. Sehingga dengan deklarasi ini, agar dapat memilih menggunakan angkot dan sadar lalu lintas,” katanya
Turis asal Jepang Sakura, yang juga turut hadir dalam kegiatan Millenial Road Safety Festival (MRSF) di alun-alun Kota Jember, Minggu (24/2/2019), mengaku kaget mengetahui lalu lintas di Indonesia.
Sakura menilai, kegiata berlalu lintas di Indonesia semrawut. “Ketika pertama kali datang ke Indonesia, saya menilai lalu lintasnya semrawut,” kata Sakura dengan Bahasa Indonesia bercampur Bahasa Jawa berlogat Jepang, saat dikonfirmasi wartawan.
Menurutnya, dalam berlalu lintas, antara pengendara satu dengan lainnya saling membahayakan. Bahkan pengguna jalan lain, seperti pejalan kaki tidak diprioritaskan.
“Di Jepang penyebrang jalan didahulukan. Bahkan memberikan ucapan terima kasih karena dipersilahkan menyebrang. Nah di sini. Oranh menyebrang tapi kendaraan tetap melintas, jadi membahayakan,” ungkapnya dengan ekspresi heran.
Sehingga dengan adanya kegiatan deklarasi tersebut, dapat memberikan informasj yang bermanfaat bagi masyarakat. “Untuk taat berlalu lintas, dan saling menghormati pengendara lainnya,” katanya.
Deklarasi tersebut digelar dengan berbagai cara, seperti kegiatan jalan sehat, senam massal, parade JFC, drumband, dan paramotor, yang menyebarkan brosur keselamatan berkendara.