JEMBER, FaktualNews.co – Ratusan pedagang pasar Tanjung Jember, mengaku tidak betah berjualan. Pasalnya pasca dilakukan renovasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) setempat, dan diberi kaca agar tampak elegan dari luar, udara di dalam pasar menjadi pengap serta para pedagang merasa gerah.
Perasaan tidak nyaman itu, khususnya dirasakan para pedagang di lantai dua. Karena dengan ditutup kaca, sejumlah ventilasi udara juga berkurang. Hanya beberapa titik saja yang dipasang ventilasi kecil namun sirkulasi udara tidak bisa langsung dan dirasa sedikit.
Salah seorang pedagang sayuran di lantai dua pasar Tanjung, Hari mengaku, hawa sekarang sangat panas dan pengap, apalagi saat siang hari.
“Tidak seperti dulu, kondisi pasar Tanjung lantai dua kini hawanya sangat panas sekali, sangat tidak betah dengan kondisi ini,” ujar Hari, Selasa (26/2/2019).
Seharusnya, menurut Hari, ada ventilasi yang lebih lebar sehingga sirkulasi udara bisa keluar masuk. “Biar tidak panas setelah ditutup dengan kaca. Iya kalau ada AC, pantes tertutup begini. Tetapi ini tidak ada ACnya,” tandasnya.
Sementara itu Khotijah pemilik warung kopi mengaku mengalami hal sama yang dirasakan Hari. “Kalau pas hujan enak gak kena hujan. Tapi kalau gak hujan kayak gini. Panas banget mas…karena kaca ini,” katanya.
Bahkan pembeli yang datang di warungnya mengeluh. “Terutama siang hari itu, panas banget dan pengap. Jadi gak betah! Ngapain juga diberi kaca ini. Bagus dari luar, tapi di dalamnya kayak dimasak jadi tape,” tukasnya.
Menanggapi keluhan pedagang tersebut, Ketua LSM Gerakan pedagang pasar Tradisional (Gerpas) Jember, Samsul mengatakan, ada perencanaan yang salah dalam proses renovasi pasar ini. Menurutnya, seharusnya dipertimbangkan adanya ventilasi udara yang baik. “Apalagi ini pasar, ada bagian kering dan basah. Seharusnya dipertimbangkan matang untuk ventilasi udara. Pedagang di lantai dua sampai protes, panas, bau menyengat pun terasa,” katanya.
Diakui olehnya, penampilan dari luar pasar memang tampak modern. Tetapi tidak didukung dengan kondisi di dalamnya.
“Penyebabnya satu, tidak ada sirkulasi udara yang maksimal dalam rehab pasar yang ternyata hingga kini belum selesai pekerjaannya,” tegasnya.
Padahal anggaran untuk pembangunanya sangat besar kurang lebih Rp 9,2 miliar. ” Dengan anggaran sebesar itu seharusnya keberadaan pasar Tanjung khususnya lantai dua harus ber AC. Tapi kenyataannya sangat parah. Perlu ada audit terkait pembangunan Pasar Tanjung ini,” pungkasnya.