BLITAR, FaktualNews.co – Upacara melasti Hari Raya Nyepi 1941 Saka di Kabupaten Blitar, kembali digelar di Pantai Jolosutro, Kecamatan Wates pada Kamis (28/2/2019).
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten/Kota Blitar, Lestari mengatakan kalau upacara melasti ini merupakan tahapan pertama dalam perayaan Hari Raya Nyepi. Melasti ini adalah upacara pembersihan dengan cara dilarut dengan air suci dari laut.
“Ini adalah menyucikan buono agung dan buono alit yakni alam semesta dan juga tubuh. Dengan harapan sebelum tapa brata penyepian kita bersihkan dulu dari hal-hal negatif dari diri kita dan lingkungan menggunakan tirta atau air,” ungkapnya, Kamis (28/2/2019).
Dikatakan Lestari, setelah melasti akan dilanjut dengan upacara Tawur Kesanga atau Pawai Ogoh-ogoh. Lalu selanjutnya baru dilakukan tapa brata penyepian di mana saat umat Hindu berpuasa dan menghindari pantangan seperti mematikan api dan berhenti bekerja selama 24 jam.
“Tentunya kita berterima kasih acara Melasti selalu terlaksana dengan baik dari tahun ke tahun. Ini tentunya tak lepas dari dukungan segala pihak terutama dari pemerintah Kabupaten Blitar,” ujarnya.
Upacara melasti juga dihadiri Forkorpimda Kabupaten Blitar, mulai dari Bupati Blitar, Rijanto diwakili oleh Kepala Dipendukcapil Luhur Sejati, Kapolres Blitar Anisullah M Ridha, Kepala Kejaksaan Negeri M Amrullah, Perwakilan Kodim 0808 Blitar dan Pengadilan Negeri Blitar.
Luhur Sejati mengatakan, Pemerintah Kabupaten Blitar bangga mempunyai agenda rutin di pantai Jolosutro ini. Dengan agenda rutin Melasti ini tentunya turut mendongkar perekonomian warga sekitar pantai melalui sektor pariwisata.
“Untuk saat ini Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Blitar tahun ini meningkat 300 persen. Artinya dengan adanya kegiatan rutin Melasti di pantai Jolosutro ini membangkitkan perekonomian dari sektor pariwisata. Maka tugas kita adalah mendukung, mendorong, dan mempromosikan potensi ini,” ujar Luhur Sejati.
Lanjut Luhur, untuk mengembangkan sektor pariwisata ini salah satunya dengan perbaikan tempat wisata pantai Jolosutro. Dengan cara menggandeng stakeholder terkait mulai dari pemerintah desa, Perhutani dan juga organisasi masyarakat.
“Tugas kami bukan peristiwa agama kita jadikan potensi wisata, tapi peristiwa agama menjadi salah satu bagian atraksi kebudayaan yang harus kita dukung. Dan Melasti di Pantai Jolosutro sudah menjadi sebuah warisan kebudayaan Kabupaten Blitar yang harus kita jaga bersama,” kata pria yang sebelumnya menjabat menjadi Kepala Dinas Periwisata ini.
Upacara Melasti ini setelah Umat Hindu dibersihkan oleh Pendita dengan memercikkan air suci dari laut, diakhiri dengan melarung atau menghanyutkan hasil bumi ke laut sebagai rasa syukur. Dalam pelarungan ini cukup meriah lantaran warga ikut menghantarkan hasil bumi tersebut hingga ke tengah lautan. (*/adv/hms)