Wisata

Sembilan Ogoh-Ogoh Sambut Malam Perayaan Nyepi di Jember

JEMBER, FaktualNews.co – Sebelum merayakan Nyepi penyucian Tahun Baru Caka 1941, umat Hindu mengarak dan membakar ogoh-ogoh sebagai simbol untuk memusnahkan angkara murka. Sehingga ibadah yang dilakukan berikutnya mendapat ketenangan jiwa.

Di Kabupaten Jember, tradisi tersebut juga dilakukan di Desa Sukoreno, Kecamatan Umbulsari. Total ada 9 ogoh-ogoh yang diarak, berasal dari 3 desa. Yakni Desa Sukoreno, Desa Gunungsari, Kecamatan Umbulsari, dan Desa Wringin Agung, Kecamatan Jombang.

Kesembilan ogoh-ogoh tersebut diarak keliling desa dari garis start di sekitar gang desa setempat, dengan jarak 5 kilometer, dan kembali ke titik awal. Kemudian dimusnahkan sebagai bentuk penyucian diri.

Sebelumnya, umat Hindu dari Kabupaten Jember, Bondowoso, Lumajang, dan Situbondo, melakukan Upacara Melasti di Pantai Paseban, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember, pekan lalu.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Jember Dedi Winarno menyampaikan, kegiatan menyambut Hari Raya Nyepi 2018 ini, ada rangkaian kegiatan yang dilakukan masyarakat umat Hindu di Kabupaten Jember.

“Sebelum besok Nyepi, malam ini mengarak ogoh-ogoh dan membakarnya. Kegiatan ini berpotensi untuk menjadi jujukan wisata di Kabupaten Jember,” kata Dedi kepada sejumlah wartawan, Rabu malam (6/3/2019).

Di Kabupaten Jember, khususnya wilayah Desa Sukoreno, merupakan wilayah dengan umat Hindu terbanyak sekitar 2000-an orang. “Sehingg kegiatan ini dipusatkan di sini. Menjadi jujukam wisata menarik, dan nantinya bisa dimasukkan dalam kalender wisata Jember,” sambungnya.

Kegiatan mengarak ogoh-ogoh yang dimulai pukul 19.00 malam itu, menarik minat masyarakat. Bahkan tidak hanya dari Jember, tetapi dari Probolinggi, Lumajang, dan Surabaya datang ke sini. “Sehingga indikator ini yang menarik, dan akan kami konsep dan kembangkan lebih menarik lagi. Semoga menjadi harapan positif,” tandasnya.

Diketahui, kesembilan ogoh-ogoh setinggi 10 meter dan luas 5 meter persegi itu, diarak oleh sekitar 6 sampai 7 orang. Penonton yang hadir selain umat Hindu, juga ada masyarakat lainnya. Sekitar 30 ribuan penonton menyaksikan kegiatab tersebut.

“Saya datang dari Lumajang, dan tahu mengenai kegiatan ini tahun lalu dari Facebook. Ternyata jika ingin lihat ogoh-ogoh cukup ke Jember,” kata Rangga Setiaji, salah seorang penonton.

Pihaknya berharap ke depan dapat dikemas lebih menarik. “Ini adalah tradisi dan ibadah agama umat Hindu, jadi menarik untuk ditonton, tetapi jangan sampai mengganggu nilai ibadahnya. Semoga ke depan lebih baik lagi, dan tertib agar lebih menarik,” katanya.