FaktualNews.co

Warga Tengger Pasuruan Arak Ogoh-Ogoh Jelang Nyepi

Peristiwa     Dibaca : 1632 kali Penulis:
Warga Tengger Pasuruan Arak Ogoh-Ogoh Jelang Nyepi
FaktualNews.co/Abdul Aziz/
Ogoh-ogoh yang dikarak oleh suku Tengger jelang Hari Raya Nyepi, menuju lapangan Desa Tlogosari

PASURUAN, FaktualNews.co – Ribuan warga dari Suku Tengger di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, dengan guyub mengarak 60 ogoh-ogoh atau patung raksasa, menjelang Hari Raya Nyepi 1941 Saka, Rabu (6/3/2019). Ogoh-ogoh ini diarak keliling desa yang diberangkatkan dari Lapangan Desa Tlogosari, Kecamatan Tosari.

Sebelum diarak, ogoh-ogoh tersebut ditempatkan di Balai Desa Tlogosari. Bahkan, warga bersama dengan para pemangku agama Hindu berdoa bersama untuk keselamatan Suku Tengget. Seusai doa, puluhan ogoh-ogoh langsung diarak keliling desa hingga menuju Lapangan Desa Tlogosari.

Ketua Panitia Penyelenggara Pawai Ogoh-ogoh, Widiam Dharma Singgih mengatakan, seluruh ogoh-ogoh yang diarak keliling desa adalah dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Tosari, Puspo, dan Tutur. “30 ogoh-ogoh dari Tosari, 20 ogoh-ogoh dari Tutur dan 10 ogoh-ogoh dari Puspo,” paparnya di sela kegiatan arak ogoh-ogoh berlangsung.

Dikatakannya, ogoh-ogoh merupakan simbol Butha Kala yang memiliki kekuatan negatif atau kekuatan alam yang merupakan perwujudan dari unsur alam yang terdiri dari air, api, cahaya, tanah, dan udara. “Mengarak ogoh-ogoh termasuk pecaruan dalam catur bratha nyepi yang pada akhir acara ogoh-ogoh tersebut akan dibakar di desa masing-masing,” terang Singgih.

Pada akhir acara ogoh-ogoh dibakar untuk menghilangkan sifat buruknya dan berharap ada sifat kedewaan ada pada diri manusia dan alam semesta. Intinya untuk menetralisir alam dan manusia. “Upacara Nyepi memiliki empat rangkaian, melasti sudah dilaksanakan pada hari Senin di lereng Gunung Bromo, pecaruan atau tawur dan pengerupukan, nyepi, dan ngembak geni,” jelasnya.

Ditambahkannya, pada perayaan nyepi atau catur brata nyepi terdiri dari amati geni yang berarti tidak menyalakan api, termasuk api amarah yang ada dalam diri manusia, lelanguan yang berarti tidak berfoya-foya atau mengadakan pesta. “Selain pati lelungan yang berarti tidak berpergian kemana pun,” ucap Singgih.

Untuk pati karya, lanjut Singgih yang berarti tidak bekerja selama Hari Raya Nyepi yang jatuh pada hitungan tilem kesanga yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera. Sementara itu, pawai ogoh-ogoh kali ini mendapat perhatian kalangan wisatawan dari manca negara yang sengaja datang ke Tosari.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Z Arivin