NGAWI, FaktualNews.co – Sejak Minggu (10/03/2019) lalu, air dibeberapa desa di wilayah Kabupaten Ngawi mulai surut. Warga yang mengungsi juga banyak yang meninggalkan tenda pengungsian yang tersedia.
Surutnya air banjir ternyata masih menyisakan masalah bagi warga. Warga yang kembali ke rumah mereka langsung membersihkan dan membenahi tempat tinggal setelah beberapa hari ditinggal di tenda pengungsian.
Sementara itu, bagi petani di wilayah ujung barat Provinsi Jawa Timur tersebut, menyisakan keresahan. Pasalnya, sekitar 3.746 petani dipastikan merugi lantaran tanaman padi yang siap panen terancam membusuk.
Informasi dari Dinas Pertanian (Disperta) Labupaten Ngawi, sekitar 1.016 hektar lahan sawah terendam banjir yang tersebar di 26 desa dari 6 kecamatan.
Tanaman padi yang siap panen terswebut berkisar antara 80 hingga 90 hari. Tanaman padi tersebut tersebar di tiga wilayah kecamatan. Diantaranya Kecamatan Kwadungan, Geneng dan Ngawi Kota.
Seperti halnya di Kwadungan di delapan desa, terpaksa mempercepat masa panen. Memang air sudah tidak merendam rumah warga, namun masih nampak menggenang di areal persawahan dan beberapa jalan desa.
“Ya terpaksa kita lakukan panen daripada membusuk karena terendam air, yang pasti kita merugi,” jelas Sukarsih salah satu petani saat ditemui FaktualNews.co, Minggu (10/03/2019) kemarin.
Dilemapun dialami para petani, sebab setelah dipanen mereka juga kesulitan untuk menjemur padinya. Sehingga banyak para petani menjual padinya dengan harga dibawah normal pasaran. Hal tersebut sebagai alternatif dalam meminimalkan dari resiko kerugian yang ditanggung.
“Mau bagaimana lagi, yang penting padi laku terjual berapapun itu,” pungkas Sukarsih.
Sedangkan di Kecamatan Geneng, yang terparah di Desa Kasreman, sekitar 200 hektar lahan sawah terendam. Padahal wilayah ini belum memasuki masa panen, tanaman padi mereka masih berusia antara 70 hari hingga 80 hari. Karena itu, hamper bisa dipastikan petani di Desa Kasreman gagal panen.