Hanya Delapan KK Jember, yang Berangkat ke Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin Malang
JEMBER, FaktualNews.co – Berangkatnya sekitar 15 warga dari 8 KK (Kepala Keluarga) dari Dusun Sumberejo, Desa/Kecamatan Umbulsari, dan Desa Gunungsari, eksodus ke Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Falahil Mubtadin di Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, ternyata menyisakan sejumlah warga lain yang tidak ikut.
Kades Umbulsari, Fauzi menyampaikan, dari 8 KK itu sebenarnya ada juga warga lainnya yang menjadi pengikut Jamiyah Sholawat MUSA AS itu. Beruntung mereka tidak jadi ikut.
“Ada Pak Tukiman dan keluarga, hanya separuh keluarga yang ikut. Pak Puji belum tahu, sepertinya tidak ikut. Pak Anas sekeluarga ikut dan sudah berangkat. Berangkat itu dengan sudah menjual semua asetnya itu, sangunya (bekal, red) banyak dan bermaksud selama 90 hari (3 bulan) untuk di Malang sana,” kata Fauzi saat dikonfirmasi wartawan, Jum’at (15/3/2019).
Sementara itu menurut salah seorang warga Munawir, para pengikut jamaah itu bahkan sampai melakukan iuran beras. “Sebagai bekal selama menetap di Malang. Kemudian untuk kegiatan agama sebelum berangkat, juga dilakukan di rumah ustad Mudasir,” kata Munawir.
Padahal tempat tinggal ustad itu dekat dengan masjid. Tapi kegiatan ngaji, salawatan, dan ceramah agama dilakukan dirumah.
“Ustad itu menantu pengelola masjid, setahu saya, tidak berkegiatan di masjid, karena alirannya tidak sama. Jadi sama kakak (iparnya) tidak boleh ke masjid,” ujarnya.
Bahkan ustad Mudasir jika Salat Jum’at sampai harus keluar dari lingkungan rumahnya. Untuk kegiatan agamanya, dilakukan seminggu 3 kali, dari bada’ Salat Isya sampai dini hari. “Kegiatannya ngaji, salawatan, dan ceramah agama atau tausiyah. Ngaji dan salawatnya sama pada umumnya, bahkan bagus bacaannya. Tetap kalau ceramah ini yang tidak tahu, karena tidak pakai pengeras suara,” ungkapnya.
Diketahui jemaah aliran tersebut ada sekitar 50 orang, dan untuk terkait bahasan kiamat, baru terkuak belakangan hari ini setelah adanya keberangkatan ke Malang itu.
“Intinya itu, para jemaah berangkat karena pada tahun 2019 ini kiamat, dan di kalendernya itu sudah ada juga keterangan jadwalnya. Tapi yang tahu kapan pastinya kiamat itu terjadi, hanya jemaahnya saja. Tapi kita tahunya pasti tahun ini,” pungkasnya.