Wisata Mangrove Nguling Pasuruan, Banyak Dikunjungi Wisatawan
PASURUAN, FaktualNews.co – Hutan Mangrove Nguling, Pasuruan, Jatim, sudah lama dikenal wisatawan asal Pasuruan. Kawasan hutan ini terletak di Desa Penunggul, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan. Bahkan saat ini dijadikan wisata alternatif menarik untuk dikunjungi saat liburan. Bahkan tiap harinya ada puluhan warga berkunjung.
Selain menikmati keindahan hutan mangrove, destinasi wisata alam ini juga sekaligus bisa mengedukasi wisatawan yang datang untuk lebih mencintai lingkungan sehingga tetap lestari dan memberikan banyak manfaat.
“Hampir tiap hari ada saja pengunjungnya, apalagi di hari libur hari Minggu seperti saat ini,” ujar Mulyono, warga sekitar, Minggu (17/3/2019) siang.
Pihak pengelola menggratiskan wisata mangrove. Hal ini terlihat tidak adanya papan harga tiket masuk ke lokasi yang dekat dengan pemukiman para nelayan setempat.
“Tidak ada tiket masuk, hanya saja wisatawan yang berkunjung diharuskan jaga kebersihan. Agar tak sepi, dekat pintu masuk ada warung kopi milik warga sekitar,” terangnya.
Warga sekitar dengan kesadarannya ikut menjaga kelestatian Hutan Mangrove dengan tidak buang sampah secara sembarangan di sepanjang pantai.
Sedangkan sekitar 123 jenis tanaman bakau yang ditanam di hutan mangrove ini, diantaranya Rhyzapora Mucronata, Abisina Alba, Rhyzapora Apiculata, Alasina Marina. Dan jadi percontohan hutan-hutan mangrove di Indonesia.
Sementara untuk fauna di hutan mangrove Nguling ada 14 spesies yang terdiri dari bandeng, belanak, glodok, keong, tiram, kerang hijau, kadal, biawak, ular, burung kuntul putih, kepiting bakau, udang putih, rajungan, dan capung. Bahkan nelayan sekitar secara tidak langsung mendapat keuntungan dari Hutan Mangrove yang kian lestari ini.
Adanya hutan Mangrove ini berawal dari kepedulian seorang warga pesisir timur yang bernama Mukarim terhadap lingkungan sekitarnya. Bahkan kawasan ini sebelumnya jarang sekali ditumbuhi tanaman. Selain itu juga pernah terjadi Abrasi pantai yang tiap tahun terus meningkat terus mendekati pemukiman warga yang berjarak 100 meter.
Sehingga pada tahun 1982, Mukarim berinisiatif untuk menanam, pohon bakau di sepanjang bibir pantai desanya, hingga terciptanya sabuk hijau (green belt) seluas 175 hektar. Hingga Mukarim mendapat penghargaan Kalpataru dan penghargaan Satya Lencana pembangunan yang diberikan oleh pemerintah kepada Mukarim.