FaktualNews.co

Edukasi Wayang Beber, Pengenalan Budaya di Kalangan Pelajar

Pendidikan     Dibaca : 1847 kali Penulis:
Edukasi Wayang Beber, Pengenalan Budaya di Kalangan Pelajar
FaktualNews.co/Amanullah/
Guru seni rupa SMAN 1 Pacet, Arif Setiawanm saat menhajarkan wayang beber pada muridnya.

MOJOKERTO. FaktualNews.co – Edukasi pembelajaran seni budaya di sejumlah sekolahan terbilang masih minim akan kreatifitas. Terlebih lebih dalam mengedukasi kesenian, salah satunya wayang.

Namun ada yang berbeda di SMAN 1 Pacet, Kabupaten Mojokerto,  Dalam memberikan pelajaran seni budaya, selain seni tari, lukis, dan musik, guru seni rupa SMAN 1 Pacet, Arif Setiawan menyisipkan seni wayang yang terbilang unik dan kreatif.

Yang membedakan kesenian wayang yang diusung Arif dalam mata pelajaran kesenian di SMAN 1 Pacet, Kabupaten Mojokerto bukan pada cerita malainkan bahan. yang digunakan. Bukan dari kulit hewan melainkan terbuat dari kain yang menurutnya lebih reaktif dan inovatif terlebih di kalangan pelajar.

Cerita-cerita rakyat dan kisah peradaban kerajaan Majapahit, dilukis di atas media kain tersebut. Para siswa melukis menggunakan tinta sablon rubber.

“Kalau menggunakan kulit, harganya mahal. Nanti membebankan siswa. Jadi, saya menggunakan media kain, biayanya lebih murah. Kesenian ini dinamakan wayang beber,” ungkapnya pada Sabtu (23/03/2019)

Arif mulai mengajarkan kesenian wayang beber sejak tahun 2018 lalu. Awal mulanya mengajar kesenian wayang beber, para siswa kesulitan dan kebingungan. Sebab, para siswa baru pertama kali mengetahui kesenian wayang beber.

“Awalnya, para siswa kesulitan. Disuruh menggambar ogah-ogahan. Tapi lama-kelamaan para siswa tertarik mempelajarinya. Mereka menggambar bisa sampai malam hari,” ujarnya sembari tertawa.

Dia mengatakan, kesenian wayang beber hanya dipelajari oleh siswa kelas IX. Total ada sebanyak 275 siswa dari 9 kelas yang mempelajari wayang beber. “Sementara kesenian wayang beber hanya dipelajari oleh siswa kelas IX,” imbuhnya.

Sejak awal semester, Arif mengajarkan teknik dasar melukis. Selain itu, dirinya juga membagikan novel karya Ajip Rosidi. Cerita wayang diadaptasi dari novel Ajip Rosidi. Dia akan juga memberikan referensi mengenai wayang beberan dari Pacitan dan Surakarta.

“Novel karya Ajib Rosidi bakal dibedah terlebih dahulu oleh para siswa. Karena kalau setelah dibedah, mereka menuangkan cerita dari novel dengan melukis di atas kain. Saya memberikan waktu dari Agustus sampai Desember untuk menyelesaikan tugas membuat wayang beberan,” paparnya.

Setelah karya wayang beberan jadi, para siswa akan menggelar pagelaran. Biasanya, pagelaran akan dihelat pada bulan Februari.

“Pagelaran wayang beberan masuk kedalam ujian praktik sekolah. Pagelaran itu masuk kedalam penilaian rapor. Saya akan menilai kekompakan dan penampilan mereka,” sebutnya.

Pagelaran wayang beberan, serupa dengan wayang kulit. Cerita wayang beberan dibawakan oleh seorang dalang, pengiring karawitan dan sinden. Tahun ini ada 18 dalang, 20 pemusik, dan 9 sinden.

“Bedanya, dalang wayang beberan ada dua orang. Dua dalang itu membeber kain berisi gambaran cerita wayang. Mereka membeberkan cerita wayang per bab atau jagong. Satu gulungan terdiri dari 4 bab, total tahun ini ada 36 bab dari 9 gulungan. Dalang tersebut itu saling berdialog menceritakan isi cerita sembari diiringi karawitan dan sinden. Saat bercerita dalang akan menunjuk salah satu gambar di kain menggunakan tongkat,” bebernya.

Garis imajiner, biasanya pohon, gapura, bangunan sebagai pembatas babak. Dia melanjutkan, saat mengajar wayang beberan, dirinya menggandeng beberapa guru mata pelajaran lain seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, sejarah dan Bahasa Jawa.

“Butuh bedah naskah kerjasama dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah jadi dialognya, mengubah jadi Bahasa Jawa, dengan guru Bahasa Jawa, Selain itu saya menggandeng pelaku kesenian lain Arif Gopar untuk pagelaran dan Achmad Arif Bantengan Mahesa Sura untuk mengajar karawitan,” terangnya.

Sementara itu salah satu siswa kelas IX IPA 5 Yunita Indriani mengatakan, kesenian wayang beberan membuatnya hafal cerita sastra kebudayaan Indonesia. Dalam ujian praktik,  dirinya mempersembahkan cerita lakon Candra Kirana yang diadaptasi dari novel Ajip Rosidi.

“Sebelum menggambar, kami harus membedah novel itu. Proses pembedahan novel membuat saya hafal cerita lakon Candra Kirana,” ungkapnya.

Saat membuat wayang beberan, dia mengaku kesulitan saat membuat karakter gambar. Sebab, dia harus menggambar karakter berdasarkan tulisan novel. “Saya dan teman-teman haris berimajinasi saat menggambar karakter orang jahat atau tegas dalam tulisan novel,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala SMAN 1 Pacet, Sutoyo mengatakan, dengan kesenian wayang beberan, siswa dapat mengenal nilai luhur budaya bangsa. Selain itu, siswa juga terlibat secara langsung dalam melestarikan budaya.

“Harapan kami, dengan kesenian wayang beberan, jati diri dan nilai kebudayaan bangsa semakin eksis dan tak tergerus era globalisasi. Pihak sekolah juga akan terus memfasilitasi siswa,” tegasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin