MOJOKERTO, FaktualNews.co – Di tangan Ahdhanil Farichi (34), sampah batok kelapa yang bisanya dibiarkan dan dijadikan bahan bakar memasak, mampu disulapnya menjadi aneka kerajinan berupa aksesoris dan miniatur.
Pria yang tinggal Dusun Bejijong, Desa Bejijong, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, kini mengandalkan batok kelapa sebagai mata pencaharian untuk menghidupi keluarga sehari-hari.
Ide awal membuat kerajinan berbahan dasar batok kelapa sendiri muncul ketika Dhanil terserang penyakit. Untuk menyembuhkannya dia dianjurkan mengkonsumsi air kelapa. “Saya sudah memulai membuat kerajinan dari batok kelapa tahun 2012,” katanya pada, Sabtu (29/3/2019).
Dhanil menceritakan, awal mulai membuat kerajinan berbahan batok kelapa itu. Ketika itu, ia mengalami sakit dan tidak bekerja. Selain itu, untuk obat penyakitnya itu, ia harus meminum air buah kelapa yang sebelumnya direbus.
” Berawal dari situ, di rumah banyak batok kelapa yang terbuang begitu saja, kemudian saya berfikir untuk memanfaatkan batok kelapa menjadi sebuah kerajinan. Saya coba-coba mencari referensi di internet, ternyata sudah banyak kerajinan yang terbuat dari batok kelapa,” ungkapnya.
Usai mendapatkan referensi, dirinya pun kemudian bergegas mencoba membuat kerajinan dari batok kelapa. Ia pun sempat kesulitan diawal-awal. Namun, akhirnya, ia mampu untuk membuatnya.
“Pada saat itu, saya harus memutar otak untuk membuatnya, agar tak monoton seperti kerajinan pada umumnya, akhirnya saya pun membuat aksesoris seperti gelang, anting, dan gantungan kunci. Sedang miniatur saya membuat helikopter, kapal, gitar, dan becak. Totalnya ada 150 jenis kerajinan,” sebutnya.
Awalnya, dia cukup kesulitan membuat kerajinan berbahan dasar batok kelapa. Sebab, setiap batok kelapa memiliki tekstur, bentuk dan warna yang berbeda.
Dia harus memilah-milah batok kelapa terlebih dahulu sebelum membuat kerajinan. Kalau asal memilih, bentuk kerajinan tak akan sempurna. Berbekal pengalaman pernah bekerja di pabrik mainan kayu di Jombang, masalah itu pun dapat teratasi.
Dhanil menjelaskan, untuk cara pembuatan kerajinan berbahan dasar batok kelapa. Pertama-tama batok kelapa di keringkan terlebih dahulu selama 4 jam. Lalu serabut ean vinil yang menempel di batok dibersihkan. Setelah bersih, Dhanil menggambar pola di atas kulit batok sesuai bentuk kerajinan dan memotongnya kemudian di bentuk sesuai dengan permintaan.
“Awalnya memang susah bentuknya tak sempurna dan mudah patah karena berongga. Tapi saya terus berusaha hingga bisa,” terangnya.
Dirasa bentuk kerajinan sudah sempurna, Dhanil memberanikan diri membuka usaha dengan modal pas-pasan. Dia memanfaatkan kemajuan teknologi sosial media untuk memasarkan produknya. Selain itu, Dhanil juga menitipkan produknya di art shop yang berada di Mojokerto.
“Modal awal pada saat itu paling cuma Rp 15.000 untuk membeli sekarung batok kelapa di Pasar Brangkal dan Mojoanyar,” ujarnya.
Karena bentuknya yang unik dan bermacam bentuk, kerajinan yang dibuat Dhanil disambut baik oleh masyarakat. Sejak pertama kali menjualnya, kerajinan batok kelapa yang dia buat sudah tembus di beberapa daerah di luar Jawa Timur, seperti Jakarta dan Sumatera. Bahkan, dia mendapat pesanan dari Jerman pada tahun 2014.
“Yang paling laris memang aksesoris. Karena harganya terjangkau. Kalau miniatur hanya orang-orang tertentu saja yang membeli. Orang Jerman pernah memesan kerajinan saya. Namun karena keterbatasan pengetahuan tentang pengiriman barang, saya cancel,” ucapnya.
Kini, harga untuk aksesorisnya dibanderol dengan harga Rp 5.000- Rp 15.000. Sedang miniatur dibanderol dengan harga Rp 15.000 sampai Rp 350.000.
“Semakin rumit dan lama waktu pengerjaananya, semakin mahal juga harganya. Miniatur kapal dibanderol dengan harga Rp 350.000. setiap bulan saya mendapat pesanan 2 lusin aksesoris dan 4 miniatur. Omzet sebulan kira-kira Rp 1.000.000,” sebutnya.
Untuk membuat satu miniatur, Dhanil membutuhkan waktu satu hari. Sebab, dia mengerjakannya sendiri tanpa bantuan orang lain.