Degung Kerajinan Gamelan Warga Mojokerto Tembus Luar Negeri
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Gamelan tidak bisa lepas dari kebudayaan Jawa, berbagai pertunjukan mulai dari tari, wayang, dan kesenian lain menjadikan alat musik ini sebagai pengiring utama.
Inilah gamelan, alat musik yang memegang peran penting dalam kehidupan kebudayan dan kesenian di Jawa.
Di Kabupaten Mojokerto, tepatnya Dusun/Desa Sawo, Kecamatan Jetis, terdapat sebuah tempat perajin gamelan yang tembus hingga pasar luar negeri.
Di bengkel semi permanen tepat di belakang rumahnya, Samiaji nampak sibuk mengerjakan sejumlah perangkat gamelan pesanan pembeli. Tak sendirian, kakek lima cucu ini dibantu 3 karyawan, serta salah seorang cucu dan anaknya.
Meski usianya menginjak 70 tahun, namun tangan Samiaji nampak masih hebat untuk mengola dan menyetel suara gamelan dengan diameter 1 meter.
“Sejak kecil, saat saya masih Sekolah Rakyat (setingkat SD). Saya belajar pada bapak saya, dan setelah bapak meninggal saya melanjutkann warisan pembuatan gamelan ini,” kata Samiaji, Sabtu (6/4/2019).
Samiaji mengungkapkan, jika pembuatan gamelan atau gong miliknya berbeda dengan gamelan Solo dan Jawa tengah yang biasanya berbahan campuran tembaga dan timah. “Saya memilih berbahan plat besi dengan ketebalan yang variatif,” ungkapnya.
Membuat gong diameter 1 meter, bapak dua anak ini menggunakan pelat besi setebal 2 mm. Sementara untuk perangkat gamelan lainnya cukup dengan pelat setebal 1,5 mm.
Perangkat gamelan jenis gong, kempul, kenong dan bonang, terdapat tiga bagian yang dibuat terpisah. Yaitu bagian dasar, lempengan tengah dan pencu atau bagian ujung yang ditabuh. Ketiga bagian itu lantas disatukan dengan cara dilas. “Selanjutnya tinggal dilaras (disetel suaranya) dan dicat dengan warna emas,” kata Samiaji.
Tak hanya gong, Samiaji mampu membuat seluruh perangkat gamelan. Mulai dari kempul, kenong, bonang, demung, saron, peking, slentem, gender, gambang, hingga rebab.
Untuk membuat satu set gamelan, Samiaji mengaku membutuhkan waktu 2-3 bulan. Itu sudah termasuk proses pembuatan wadah gamelan berbahan kayu. Wadah-wadah tersebut dilengkapi dengan ukiran khas Solo.
Selain membutuhkan keahlian khusus dalam pembuatan Gamelan, Sumiaji menambahkan harus teliti, apa lagi saat proses penyetelan nada Gemelan.
Sumiaji menuturkan, hingga kini, alat tradisional gamelan buatannya hampir menyeluruh di Jawa Timur. Mulai dari Sumenep, Probolinggo, Lamongan, Bojonegoro, Surabaya, Gresik, Malang, hingga Kediri.
Tak hanya dari Jatim, pesanan gamelan juga datang dari NTB dan Kalimantan. Bahkan pembeli gamelan buatannya datang dari Malaysia dan Jerman.
“Pesanan dari Malaysia dua set gamelam, pernah juga pesanan gong diameter 2 meter dari Jerman. Harganya lebih mahal karena biaya pengiriman juga mahal,” imbuhnya.
Setiap perangkat gamelan berbahan besi dia jual dengan harga bervariasi. Gong dia banderol Rp 2 juta, Kempul Rp 600 ribu, Kenong Rp 400 ribu, Bonang Rp 200 ribu, Demung Rp 700 ribu, Saron Rp 1 juta, dan Peking Rp 700 ribu. Sementara Slentem, Gender dan Gambang dia hargai masing-masing Rp 1,5 juta. “Kalau satu set lengkap harganya Rp 30 juta, itu yang berbahan besi,” ujarnya.
Berkat dari warisan sang bapak saat mengajarkan membuat gamelan, kini omzet bisnis gamelan ini mencapai Rp 10 juta per bulan. Keuntungan yang didapatkan Samiaji pun mencapai Rp 5 juta setiap bulannya.