FaktualNews.co

Genre Jember, Gelar Edukasi Pernikahan Dini dan Seks Bebas

Pendidikan     Dibaca : 1400 kali Penulis:
Genre Jember, Gelar Edukasi Pernikahan Dini dan Seks Bebas
FaktualNews.co/Hatta/
Devi saat memberikan edukasi ke sekolah-sekolah.

JEMBER, FaktualNews.co – Prihatin dengan persoalan remaja khususnya wanita di Kabupaten Jember, Ketua Insan Generasi Berencana (Genre) Kabupaten Jember, Devi Martadiana, bersama dengan anggotanya turun langsung memberikan edukasi ke masyarakat.

Pasalnya fenomena pernikahan dini dan seks bebas di masyarakat sekarang ini, kondisinya sangat mengkhawatirkan. Bahkan sebagai seorang wanita yang memiliki jiwa Kartini muda di zaman millenia ini, Devi bersama anggotanya merasa sangat harus turun langsung memberikan edukasi ke masyarakat.

“Di saat perayaan Hari Kartini tahun ini, kami merasa prihatin. Karena para remaja wanita kita di Jember, tanpa rasa malu, dan tanpa memiliki pemahaman, seenaknya melalukan seks bebas, dan melakukan pernikahan dini. Kondisi ini pun, kini sudah bergeser,” kata Devi saat dikonfirmasi wartawan, Sabtu (20/4/2019).

Menurutnya, jika dulu terjadinya pernikahan dini, karena unsur kecelakaan akibat hamil di luar nikah, kini pernikahan dini menjadi sebuah solusi. Sebuah keluarga agar tidak terbebani untuk mengurus anak wanitanya.

“Jadi agar lepas tanggung jawab terhadap anaknya, apalagi perempuan, dinikahkan itu. Padahal umurnya masih SD atau SMP biasanya. Alasannya pun karena masalah ekonomi, jadi dengan dinikahkan, menjadi tanggung jawab suaminya,” ungkapnya.

Akibat hal ini, kata mahasiswa FKM Unej ini, persoalan pernikahan dini, berlanjut pada persoalan yakni perceraian dini. “Karena belum punya umur matang untuk berpikir logis, akhirnya ada percekcokan, jalan perceraian pun terjadi. Akhirnya persoalan perceraian pun menjadi persoalan,” katanya.

Belum lagi masalah seks bebas, lanjut Devi, yang dulunya hubungan terlarang itu karena berdalih rasa sayang dan cinta pada pasangan belum resmi, atau pacarnya.

“Fenomena saat ini, itu karena untuk mencari kepuasan semata. Baik kepuasan seksual, juga kepuasan untuk mendapatkan atau memiliki sesuatu,” ujarnya.

Yang dimaksud di sini, adalah terkait mencari kesenangan sesaat, dengan mendapat bonus yakni memiliki uang karena dibayar, untuk membeli alat-alat elektronik, atau memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan.

“Jadi mereka cewek-cewek masih umur SMP – SMA itu, rela melakukan seks bebas, kemudian mendapat bayaran untuk beli handphone ataupun hal lain sesuai kemajuan teknologi. Selain mencari kesenangan dari seks tentunya,” katanya.

Kebanyakan para wanita remaja itu, malah kondisi ekonomi keluarganya baik dan mampu. “Jadi kondisi saat ini itu, bukan faktor ekonomi. Alasan mencari kesenangan semata dan cepat dapat uang, juga menjadi pertimbangan. Jadi cewek-cewek itu tidak memikirkan keperawanannya, atau pun norma agama, sosial, ditengah masyarakat,” sambungnya.

Fenomena ini yang mengkhawatirkan, katanya, dan di momen Hari Kartini 2019 ini, pihaknya berharap ada perhatian dan kepedulian bersama untuk mengatasi persoalan tersebut.

“Kondisi ini membuat kita di Genre cukup geram. Sehingga kita berusaha untuk terus menjadi fasilitator lewat PIK-R juga, tidak hanya di dunia pendidikan, sekarang turun langsung ke masyarakat,” ungkapnya.

Bahkan di tingkat dusun, desa, dan pondok pesantren pun disasar olehnya. “Karena persoalan remaja (wanita) ini salah dalam mencari wadah untuk mencari identitas. Sehingga perlu ada perhatian khusus,” katanya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin