Sebagai Lambang Negara Indonesia, Elang Jawa, Garuda si Penguasa Langit
JAKARTA, FaktualNews.co – Elang Jawa merupakan adalah salah satu spesies elang berukuran sedang yang endemik di pulau Jawa. Hewan ini konon menjadi salah satu inspirasi lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Salah satu ciri khas elang ini adalah jambul di bagian kepala.
Meski sebenarnya Garuda merupakan binatang mitos di Jawa yang merupakan wahana atau kendaraan dari Dewa Wisnu. Binatang mitos ini memiliki sepasang sayap, berkepala burung, namun dengan tubuh seperti manusia. Awalnya burung pada Garuda Pancasila tidak berjambul. Namun, Presiden Soekarno mengusulkan untuk menambahkan jambul agar tak mirip dengan lambang negara AS, elang bondol.
“Konon Garuda (Pancasila) diambil idenya dari Elang Jawa karena ada jambulnya,” jelas Kepala Balai Besar TNGP Wahju Rudianto melalui Humas Balai Besar TNGGP, Ade Bagja Hidayat, saat dihubungi Selasa (23/4/2019).
Jambul yang menjadi ciri khas burung ini biasanya terdiri dari 2-4 bulu dengan panjang hingga 12 cm. Jambul Elang ini berwarna hitam dengan ujung putih seperti ditulis MacKinnon dalam buku Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali.
Sebelumnya, TNGP mengumumkan temuan anak Elang Jawa di wilayahnya. Anak Elang Jawa itu diperkirakan baru berusia 1-2 minggu.
Menurut buku Panduan identifikasi Elang jawa Spizaetus bartelsi, Elang Jawa terhitung cukup jarang bertelur. Burung ini bertelur 1-2 butir dalam setahun. Telur berjumlah satu butir, yang dierami selama kurang-lebih 47 hari. Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni, seperti tertulis pada buku karya Sozer, R., V. Nijman dan I. Setiawan itu.
Sarang burung ini berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 di atas tanah.
Elang jawa yang punya nama ilmiah Nisaetus Bartelsi sendiri telah ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia. Hewan ini juga berstatus terancam punah dalam daftar IUCN (International Union for Conservation of Nature) Red List.
Elang Jawa ini disebut Ade merupakan hewan khas Pulau Jawa. Sebab, hanya habitatnya ditemukan di beberapa wilayah Jawa, mulai dari ujung barat (Taman Nasional Ujung Kulon) hingga ujung timur di Semenanjung Blambangan Purwo.
“Hanya ada di pulau Jawa, endemik. TNGP salah satu habitatnya,” jelas Ade.
Burung ini disebut Ade sebagai hewan dirgantara dengan daya jelajah yang luas. Sehingga menurut Ade, sarang elang ini bisa ditemukan di wilayah di luar TNGP.
Elang Jawa senang hidup di pohon yang tinggi menjulang yang dapat digunakan untuk mengincar mangsa ataupun sebagai sarang. Umumnya sarang ditemukan di pohon yang tumbuh di lereng dengan kemiringan sedang sampai curam dengan dasar lembah memiliki anak sungai. Hal ini berhubungan dengan kesempatan memperoleh mangsa dan memelihara keselamatan anak.
Dari pengamatan, Elang Jawa bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh sekitar 50-70 cm). Namun, bentangan sayapnya, bisa berukuran dua kali tubuh burung ini, sekitar 110-130 cm.
Hewan ini memangsa pelbagai jenis reptil, burung-burung sejenis walik, punai, dan ayam kampung. Mamalia berukuran kecil seperti tupai, bajing, kalong, musang, sampai dengan anak monyet juga dimangsa.