Lantunan Ayat Suci Qur’an dan Sholawat Nabi, Berkumandang di Eks Lokalisasi Jarak-Dolly Surabaya
SURABAYA, FaktualNews.co – Cuaca malam itu begitu cerah, meski suhu agak sedikit gerah. Terdengar sayu-sayu lantunan ayat suci Al quran dan sholawat Nabi Muhammad SAW di perkampungan eks lokalisasi Jarak-Dolly, tak jauh dari area masjid milik Yayasan Al Mujahidin Jalan Raya Dukuh Kupang, Kecamatan Dukuh Pakis, Kota Surabaya.
Penggalan ayat suci Al Quran surat Al Isra dan Al Maun berkumandang seketika memecah keheningan malam, sang qori membacakan dengan khidmat dan penuh kekhusyukan. Benar saja, qolbu bergetar kala mendengarnya.
Rupanya, ayat itu dibacakan bukan sebagai tanda penutup ibadah salat isya atau sekedar bertilawatil, yang biasa dilantunkan di masjid-masjid pada umumnya. Karena kebetulan saat itu waktu baru menjelang petang, sekitar pukul delapan malam. Bukan pula sholawat kumpulan diba rutin. Melainkan, rangkaian acara pengajian umum dalam rangka peringatan Isra Miraj di kampung eks lokalisasi Jarak-Dolly, yang digelar Yayasan Al Mujahidin, pengelolah Masjid Al Mujahidin Surabaya.
Tentu pemandangan ini sedikit asing, jarang atau bahkan tak pernah terjadi. Pengajian umum digelar di perkampungan eks lokalisasi Jarak-Dolly yang kadung terlanjur berstigma negatif sebagai bekas sarang prostitusi. Dengan peristiwa ini, mengisyaratkan bahwa Masjid Al Mujahidin adalah oase ditengah kampung eks lokalisasi Jarak-Dolly Surabaya.
Mendengar kata Jarak-Dolly, sudah dipastikan pikiran kita terbayang akan tentang lokalisasi. Sebuah tempat pelacuran di Surabaya yang telah lama melegenda. Wanita dengan rok mini, dijajakan dan ditawarkan dari balik kaca untuk menemani si pria hidung belang ketika hendak menyalurkan hasrat seksualnya. Iringan musik menghentak sepanjang jalan, ramai terdengar diantara lorong gang sempit yang penuh sesak oleh parkir kendaraan di sisi kanan kirinya.
Ternyata, suasana itu tak lagi ditemukan. Justru masyarakat disana makin familiar dengan kegiatan keagamaan. Citra lokalisasi yang cenderung eksotis penuh gegap gempita dunia malam tak lagi dijumpai. Tempat itu riwayatnya kini dianggap bagian masa kelam kota pahlawan, ditutup pemerintah Surabaya dibawah kepemimpinan Walikota Tri Rismaharini tahun 2014.
Walau terkadang, riak-riak sisa gelap lokalisasi acapkali masih saja terjadi di tempat ini, seiring dengan terungkapnya kasus bisnis esek-esek oleh petugas kepolisian setempat beberapa waktu lalu. Namun, berbagai kegiatan positif dan keagamaan selalu dihidupkan. Seakan ingin membantah bahwa cerita lokalisasi terbesar di Asia Tenggara saat itu, sudah tidak ada lagi. Kampung eks lokalisasi Jarak-Dolly telah berubah kini.
Gaung perubahan image negatif sebagai tempat prostitusi Jarak-Dolly, menjadi lingkungan beradab coba didengungkan oleh Yayasan Masjid Al Mujahidin, melalui pengajian umum dalam rangka memperingati Isra Miraj Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada bulan ini.
Kumandang ayat suci Al Quran dan Sholawat Nabi yang dibawakan para santri dan santriwati Taman Pendidikan Alquran (TPQ) yayasan tersebut, sepertinya menegaskan bila agama dan akidah di bekas tanah mesum ini, makin menggeliat.
Hj Siti Romlah Hurinin selaku Ketua Yayasan Masjid Al Mujahidin menyampaikan, pengajian umum peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW yang digelar, merupakan sarana memperkenalkan lingkungannya yang dulu dikenal seram dengan aneka perilaku amoral, sudah berubah. Di lingkungan ini, masih bisa ditemukan Masjid yang ramai dengan kegiatan Islami.
“Peringatan Isra Miraj ini saya adakan supaya di masyarakat luar itu di lingkungan Putat Jaya karena lingkungan ini dikenalnya dengan lokalisasi padahal kita juga nggak seberapa dekat dengan lokalisasi, cuma kadang imbasnya image masyarakat diluar itu nggak enak. Lingkungan Jarak Putat Jaya seperti itu, maka saya mengadakan Isra Miraj ini saya pingin masyarakat luas itu tahu bahwa disekitar daerah Jarak – Putat Jaya itu ada masjid,” papar Siti Romlah, Sabtu (27/4/2019).
Siti Romlah bersyukur, acara yang digelar kali pertamanya itu mendapat sambutan baik oleh masyarakat sekitar. Sedikitnya, 250 orang menghadiri pengajian umum yang diisi dengan ceramah agama oleh Prof Dr KH M Zaki, pengasuh Pondok Pesantren Al Mukmin, Kabupaten Sidoarjo.
Peserta pengajian tak hanya dihadiri mereka dari kalangan pria, melainkan juga ibu-ibu yang antusiasme datang dari sekitar lingkungan masjid. Selama pengajian berlangsung, tidak ada seorang pun beranjak meninggalkan majlis karena bosan. Para hadirin larut dalam kutbah sang Kyai karena terkadang diselipkan cerita lucu yang menghibur. Namun tetap dalam suasana religi.
Tempat Ibadah Sekaligus Pendidikan
Menilik lebih jauh mengenai Yayasan Masjid Al Mujahidin sebenarnya, ada hal menarik yang perlu disimak. Bahwasanya, Yayasan Masjid Al Mujahidin adalah satu-satunya lembaga yang ingin menjadikan lingkungan masjid berwarna kuning keemasan yang berdiri di lingkungan eks lokalisasi Jarak-Dolly
Tak sekedar sebagai pusat peribadatan semata. Melainkan juga hidup dengan berbagai kegiatan pendidikan Agama Islam yang dilakukan dengan cara ala pesantren. Ini lantaran, pengajar TPQ Yayasan Masjid Al Mujahidin, kebanyakan berasal dari para alumnus pondok pesantren.
“Alhamdulilah, lingkungan sekitar kita itu ada para ustadzah – ustadzah yang memang jebolan pondok pesantren,” lanjut Siti Romlah, wanita berparas cantik tersebut.
Meski baru berdiri dua bulan lalu, sudah ada sekitar 27 santriwan dan santriwati yang mau belajar gratis di TPQ Yayasan Masjid Al Mujahidin, Dukuh Kupang, Kota Surabaya. Para ustadzah yang mengabdikan diri sebagai pengajar ini pun juga diketahui rela mengajar tanpa bayaran.
“Ya mungkin karena Allah ya, para ustadzahnya tidak dibayar. Mereka bilang ibu jangan mikirkan bisaroh kita, ilmunya manfaatnya bagi anak-anak alhamdulillah, seperti itu,” tandasnya.
Di lembaga ini, para santriwan dan santriwati diajarkan membaca ayat suci Al quran dengan tajwid yang benar. Selain itu, kata Siti, juga diajarkan berbagai kesenian religi seperti Samroh dan Banjari.
Samroh adalah salah satu seni musik tradisional Islami yang menggunakan alat musik berupa rebana, untuk mengiringi lantunan sholawat Nabi yang dibawakan sekelompok orang, kesenian ini berasal dari Melayu.
Sedangkan Banjari adalah seni musik yang tak jauh berbeda dari Samroh, namun musik yang dibawakan pada jenis kesenian ini, iramanya lebih menghentak, rancak dan variatif. Sumber menyebutkan, kesenian Banjari ini berasal dari Kalimantan.
Siti pun bersyukur, upayanya selama ini mulai mendapatkan hasil. Belakangan, anak-anak didiknya gemar membaca Al quran dan bersholawat Nabi.
Dalam waktu dekat, pihaknya ingin mendirikan sebuah perpustakaan bagi para santriwan dan santriwati. Rencana ini menurutnya, merupakan cara untuk mengikis pengaruh buruk yang pernah terjadi di lingkungan eks lokalisasi Jarak-Dolly.
“Supaya mereka tidak terkontaminasi dengan XX yang lain, seperti itu. Karena kita sudah imagenya sudah nggak bagus di kalangan,” katanya.
Yayasan Masjid Al Mujahidin berupaya agar anak-anak serta remaja di kampung eks lokalisasi Jarak-Dolly, berubah wajah. Menjadi generasi yang gemar melantunkan ayat suci Al quran serta bersholawat.
“Jiwanya jiwa santri, gemar membaca sholawat, fasih membaca Al quran,” singkat Siti.
Kedepan, pihaknya juga berencana terus memperluas area masjd. Agar daya tampung bangunan semakin memadai sehingga sejarah kelam di perkampungan eks lokalisasi Jarak-Dolly makin tenggelam.
“Dibelakang masjid kita kemarin membeli tanah-tanah warga setelah itu saya ingin membuka TPQ khusus dan perpustakaan khusus bagi anak-anak,” tutupnya.