FaktualNews.co

Makanan Sisa yang Bisa Diolah Kembali

Kuliner     Dibaca : 2864 kali Penulis:
Makanan Sisa yang Bisa Diolah Kembali
Ilustrasi

FaktualNews.co – Tak jarang di dapur ada makanan-makanan sisa yang tak lagi ingin dimakan. Nah, biasanya sisa makanan ini akan menjadi sampah kemudian dibuang.

Melansir CNNIndonesia.com, sebelum berakhir di tempat sampah, Murdijati Gardjito, ahli kuliner, nutrisi, dan gizi dari Universitas Gadjah Mada, mengungkapkan bahwa masih ada cara menyelamatkan makanan sisa sebelum jadi sampah.

Dalam risetnya, ditemukan ada 3.257 sisa makanan dari 1.041 dapur daerah di Indonesia. Murdijati mengungkapkan sebenarnya pemanfaatan sisa menjadi makanan baru yang bisa dimakan bukanlah hal yang baru. Beberapa di antaranya bahkan sudah dilakukan sejak zaman dahulu.

“Makanan Indonesia, khususnya di Jawa, punya misi untuk ‘menyelamatkan’ makanan sisa yang biasanya tidak dimakan lagi untuk membuatnya jadi makanan baru dan bisa dimakan lagi sehingga bisa memberikan kesehatan dan punya nilai tambah yang unik,” tuturnya.

Beberapa makanan Indonesia yang bisa diolah kembali:

1. Sisa Nasi

Dalam beberapa keluarga, nasi kerap kali bersisa dan tak termakan. Sebelum ada teknologi rice cooker dan magic jar, nasi sering kali cepat basi dan terbuang. Sebelum basi dan dibuang, nasi bisa diolah menjadi intip (rice crust), jenang katul, dan meniran.

Intip dikenal juga sebagai kerak nasi. Idenya sendiri muncul ketika memasak nasi dengan panci, nasi kerap kali menempel di dasarnya. Kerak ini tak akan dibuang. Namun, ketika masih hangat, kerak ini akan dikeringkan dan digoreng hingga renyah. Cara lainnya adalah dengan menambahkan kelapa parut ke dalamnya dan digoreng. Makanan ringan ini disebut intip krawu.

Cara mengawetkan dan memanfaatkan nasi ini mungkin sudah akrab di beberapa daerah sekarang.

Jika intip adalah kerak nasi dari beras putih, maka meniran adalah camilan yang dibuat dari sisa beras merah.

“Di penggilingan padi, beras utuh dan beras pecah akan tercipta. Beras pecah ini tak akan bisa dijual dan disebut menir,” ucapnya.

“Meniran dibuat dengan menir yang dimasak setengah matang ditambahkan garam, santan, daun pandan, dan dibungkus dengan daun pisang. Ini dikukus selama satu jam.”

Tak cuma berasnya yang bisa dimanfaatkan, tapi juga katul. Jenang katul adalah cara tradisional untuk mengolah kulit beras.

Katul sendiri biasanya digunakan untuk pakan ternak. Namun dengan tambahan air, gula, santan, dan daun pandan, katul berubah menjadi makanan manis sejenis dodol lengket yang enak.

2. Gangsiran

Belinjo bisa dimanfaatkan keseluruhan bagiannya. Bagian intinya bisa digunakan untuk emping, sedangkan daunnya dipakai sebagai sayur. Namun, bagaimana dengan kulitnya? Komunitas di Yogyakarta memanfaatkannya dengan mengubahnya menjadi camilan renyah bernama gangsiran atau mata maling.

3. Blondo

Blondo adalah produk sisa dari pembuatan minyak kelapa dengan teknik tradisional.

Blondo adalah campuran protein dan serat dari santan kelapa yang terpisah dari minyaknya.

“Serat terpisah dari minyaknya, blondo dibumbui dengan bawang putih, cabe merah, garam, dan bisa dimakan bersama dengan nasi,” kata Murdijati.

“Faktanya, pola asam amino dalam blondo sama dengan protein yang ditemukan dalam daging.”

4. Tempe Gembus

Tempe gembus dibuat dari sisa pembuatan tahu. Tempe gembus ini kaya dengan serat dan protein kedelai yang tak larut air. Sisa pembuatan tahu ini akan diberi tambahan ragi tempe untuk membuatnya menjadi tempe gembus.

5. Kerupuk Kulit

Kerupuk kulit terbuat dari bagian dalam kukut sapi dan jaringan otot serta tisu yang biasanya tidak digunakan untuk makanan. Namun, masyarakat Jawa mengolahnya menjadi bahan makanan yang disebut krecek atau rambak. Krecek atau rambak biasanya dipakai sebagai bahan olahan makanan lain seperti sambal goreng krecek dalam gudeg.

6. Dendeng Jantung Pisang

Jangan buang jantung pisang. Sekilas jantung pisang memang agak sulit untuk diolah jadi makanan, karena biasa digunakan sebagai alat tanam. Namun, jantung pisang juga bisa diolah menjadi dendeng jantung pisang untuk alternatif pengganti daging bagi vegetarian dan vegan.

7. Wedang Uwuh

Dalam bahasa Jawa, wedang uwuh berarti wedang sampah. Minuman ini terbuat dari ekstrak daun kayu manis, daun pala, daun cengkeh yang jatuh dari pohon. Ekstrak dicampur dengan jahe, sereh, dan kulit secang. Karena menghasilkan minuman yang berwarna kemerahan dan hangat, minuman ini disebut juga sebagai bir Jawa.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul