Jare Cak Besut
Kain Seragam Gratis, Kolaborasi Indah Arjun, Man Tobil, dan Arafik Buaikan Kadipaten Njomplang
Usai sholat tarawih kedua, warung kopi Yu Rusmini kembali penuh dengan pembeli. Warga kampung yang mencari kehangatan atau sekedar melepas penat dengan cangkrukan, memilih warung kopi Rusmini sebagai pusat refresh tipis-tipis. Alampun seakan kian bersahabat. Tetesan hujan yang tak terlalu deras dan segera mereda itu, seolah ingin membuat hawa di wilayah Kadipaten Njomplang menjadi lebih syahdu.
Man Gondo, Cak Besut, Lek Sumo, bahkan hingga Cak Jembrak pun terlihat telah duduk dibalai bambu depan warung Yu Rusmini. Beberapa cangkir seng mengeluarkan asap beraroma khas yang seolah menantang untuk segera diseruput para pecandunya.
“Lek, tahun iki awak dewe gak usah bingung tuku kain gawe seragam sekolahe arek-arek, Kadipaten wes nyiapi seragam gratis,” celetuk Man Gondo.
“Loh sido oleh ta ? krungu-krungu jare gak sido seragam tapi dirupakno kain,” sela Lek Sumo.
“Loh mosok to ?, lah ndisek janjine kan seragam gratis, berarti leren njaitno dewe iki, hadeh tiwas seneng tibak e rakyat cilik maneh seng kebujuk?,” kesal Man Gondo.
“Wes gak usah rame-rame awak dewe gak ngerti maksud e seragam gratis utowo kain gratis, misalo enek kesengajaan diplesetno dadi kain terus sisa ne iso gae bancakan poro pimpinan iku yo wes wallahuallam bishawab,” sela Cak Besut dengan gayanya.
“Glani cak, poso cakut sedino omongan riko wes koyok kyai ae,” sungut Man Gondo yang langsung disambut tawa Cak Besut dan sejawatnya yang lain.
Cak Jembrak yang sedari tadi hanya mengikuti arah obrolan ketiga sahabat tersebut tiba-tiba ikut menyeletuk. Ia bertanya kepada Cak Besut yang dikenal selama ini sebagai gudangnya info alias perpustakaan berjalan. Cak Jembrak menyebut, dalam proses lelang terbuka yang dilakukan panitia lelang pengadaan kain seragam sekolah tersebut penuh permainan.
” Iku temenan ta cak ? sampean kan biasane ngerti ae lek perkoro ngunu iku,” tanya Cak Jembrak. Cak Besut yang mendengar pertanyaan Cak Jembrak seakan tersentak. Cak Besut seperti menyembunyikan sesuatu. Namun hal yang tak biasa ini ditangkap oleh Man Gondo. Ia langsung menegur Cak Besut tanpa tedeng aling-aling.
“Lapo Cak, sampean ngerti kabeh ta ? Sampean yo wes dipamiti ta kok koyok aneh ngunu ?,” tanya Man Gondo.
Cak Besut hanya menarik nafas dalam-dalam. Seolah melepas beban bebarengan udara yang dilepaskan dari dalam rongga dada terdalam. Cak Besut mulai angkat bicara. “Aku ngomong gak ngerti iku dikondisikan atau tidak yo gak bener, ngomong ngerti wong durung enek pembuktian nang pengadilan. Tapi intine inti, iku ngunu hampir tiap tahun terjadi. Kain iku komoditi terbesar bagi para pemainnya,” ujar Cak Besut. Menurut Cak Besut, pemain kain yang bakal menang sudah bisa ditebak. Masih kata Cak Besut, pemain ini berasal dari Kadipaten tetangga tepatnya dari Kertasana Kadipaten Ngencuk. Pemain ini dikenal memiliki garis keturunan India. Bahkan sosok India yang kerap disebut sebagai Arjun ini, memonopoli bisnis kain di Kadipaten Njomplang sejak jaman Adipatinya dijabat dari dinasti Tenggara. Pasca lengsernya Adipati Tenggara dan berganti Dinasti Barat Daya, Arjun terus menancapkan kekuasaannya. Hanya pada tahun 2018, Arjun gagal mendapatkan proyek kain di Kadipaten Njomplang. Hal ini dikarenakan, alat penggerak si Arjun yang juga salah satu pejabat Kadipaten Njomplang, Man Tobil tidak bisa mempengaruhi pejabat pembuat komitmen dinas pendidikan yang kala itu dijabat Man Gombes. Konon antara Man Tobil dan Man Gombes terjadi ketidakcocokan. Ditambah situasi Kadipaten Njomplang saat itu adem panas lantaran kehadiran KPK.
“Sak iki Man Tobil gawe tangane Arafik. Arafik iki lah peran penting dari keberhasilan Arjun menguasai proyek kain itu nantinya,” terang Cak Besut pelan.
“Loh ngunu iku jare lelang bebas, kok iso dikondisikan ?,” tanya Lek Sumo. Cak Besut hanya tertawa kecil. Ia menyalakan rokok putih favoritnya. Ia hisap rokok putih kecil itu dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Cak Besut seakan ingin mempermainkan perasaan kawan-kawannya yang penasaran akan jawaban darinya.
“Iku ngunu gampang, lelang bebas bukan berarti tidak mudah dikondisikan,” jawab Cak Besut. Panitia dan oknum-oknum lain yang biasa bermain sudah paham betul. Panitia seperti Arafik ini, menurut Cak Besut bukan pemain baru. Arafik, Man Tobil dan sejumlah pejabat lain sudah biasa mengkondisikan hal-hal tersebut. Para pemain yang terlibat dari awal hingga akhir pemain sudah tahu tugas masing-masing.
“Ada yang bertugas mengunci spek kain dan mengarah kepada satu produsen kain. Dari laborat kain hingga lain-lainnya nantinya akan mengarah kepada salah satu produk kain ternama yang dikenal bermerek Suritex. Ini tugas dari Arafik,” tambah Cak Besut. Dari sini menurut Cak Besut, maka Arjun yang juga memiliki pabrik kain ini akan menghubungi produsen yang bakal dimenangkan. Produsen calon pemenang ini tidak akan dengan mudah memberikan surat dukungan kepada para peserta lelang. Dukungan hanya akan diberikan kepada salah satu orang yang menurut kabar angin merupakan anak dari Arjun. Nah alur pencarian produsen, lobby lobby tingkat dewa antara Arjun, dan penguasa Kadipaten ini tugas Man Tobil.
Arjun, cukup dikenal sebagai pemain judi kelas atas. Apabila ada lawan yang bakal menghalangi langkahnya, dengan mudah ia akan membeli lawannya itu. Belum lagi ia juga terkenal ‘dermawan’ bagi para kolega-koleganya. Dalam hal ini menurut Cak Besut adalah penguasa Kadipaten. Angin yang berhembus sempat membawa kabar, Arjun pernah membelikan rumah pada penguasa demi memuluskan keinginannya. Ganti rezim dan penguasa pun bukan halangan bagi Arjun. Ia dengan mudah mampu beradaptasi dengan memberi apa yang diminta oleh penguasa.
“Loala lah terus Cak ?,” tanya Lek Sumo.
“Yo wes gak usah dipikir, wes terimo ae keadaan, penting nerimo seragam gratis. Perkoro seng sugeh Arjun sak anak e, Arafik plus Man Tobil termasuk pimpinan nang Kadipaten iki gara-gara oleh rejeki teko kain seragam, yo wes iku bejane mereka, lek enek opo-opo ne kan yo tanggungjawab mereka dewe, seng mesti kabeh kudu eling dawuh e agomo, Am yaḥsabụna annā lā nasma’u sirrahum wa najwāhum, balā wa rusulunā ladaihim yaktubụn…. Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka. Lek menurut tafsir An-Nafahat Al-Makkiyah / Muhammad bin Shalih asy-Syawi, Dengan kebodohan dan kezaliman mereka. Yang disembunyikan dalam hati mereka. Sehingga mereka berani berbuat maksiat dan mengira bahwa maksiat itu tidak ada akibatnya serta tidak diberikan balasan terhadap hal yang tersembunyi darinya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala membantah sangkaan mereka itu,” celoteh Cak Besut.
“Haaalaaah, kumat…nyantri ne nang internet yo ngene iki koplak e metu, wes buyar-buyar wayahe sahur…” sergah Lek Sumo yang diaminii Man Gondo dan Cak Jembrak sembari meninggalkan balai bambu tempat mereka berkumpul. Cak Besut yang melihat tiga kawannya pergi dengan hati dongkol hanya tertawa lepas. Sambil berteriak, “Ojo lali Jare Cak Besut….”
Kate Bodo tuku peci
Karo bolo digawe budal nang Bali…
Riyoyo ojo sampek gak goreng kopi…
mulo konco bareng bareng ayoooo Korupsiiii….
“oouwwwwwww……Santriii…..Koooooppplaaaaaakkkk…..” jawab ketiga kawan Cak Besut serempak dari kejauhan.
* Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.