PASURUAN, FaktualNews.co – Sebuah sumur tua yang berada di lingkungan Masjid Tiban Mbah Semendi Miftahus Solihin di Dusun Semendi, Desa Pulokerto, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, diyakini oleh warga sekitar Pasuruan, air sumur tersebut memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Air berasal dari sumur itu, hingga saat ini masih digunakan.
Masjid yang punya sejarah dari kerajaan ini, banyak dikunjungi warga dari berbagai daerah di Jawa Timur. Karena kabar akan khasiat air sumur itu, membuat masyarakat penasaran dan berdatangan untuk membuktikan air dari sumur. Untuk menuju ke lokasi masjid ini, bisa ditempuh dengan melewati sebelah utara Pasar Bendungan yang masuk ke jalan menuju Desa Pulokerto
Sesepuh di lingkungan Masjid Miftahus Solihin, Abdullah (83), mengungkapkan, bahwa awal mula berdirinya masjid ini, daru sebuah tempat untuk Imam dan sumur yang tiba-tiba ada tanpa ada yang membangun. “Masjid Solihin semenjak ada, sudah tiga kali direnovasi dan yang asli tiban yakni tempat untuk imam masjid dan sumur yang berada di depan masjid,” ujarnya, Jumat (10/5/19).
Menurut Abdullah, bahwa air di sumur tua masjid ini dianggap oleh sebagian orang memiliki nilai kramat dan seringkali diambil untuk sarana pengobatan beragam penyakit. “Hampir tiap hari ada saja orang pasuruan dan daerah lainnya yang datang hanya sekedar meminta air sumber dari sumur tua ini. Katanya khasiat airnya bisa sembuhkan penyakit,” kata kakek ini.
M Nasirin yang juga imam masjid itu, menceritakan awal berdirinya masjid Tiban Miftahus Solihin, dibangun oleh Mbah Sholeh Semendi pada masa kerajaan Pasuruan. Saat itu rajanya Untung Suropati sesuai pemaparan Manaqib Mbah Sholeh (Semendi). “Mbah Semendi berasal dari Kasultanan Cirebon, keturunan dari Sunan Gunung Jati, yang melakukan siar agama Islam di kerajaan pasuruan,” ucapnya.
Pada saat itu, kata Nasirin. Mbah Semendi bermaksud mendirikan masjid di desa ini dengan cara melemparkan tombaknya ke sebuah tanah kosong dan dimanapun tombak itu menancap, akan berdiri sebuah masjid yang dibangun hanya dalam satu malam. Namun ketika waktu masih tengah malam ada warga yang sengaja membunyikan lesung yang memantik ayam untuk berkokok.
Sehingga pembangunan masjid yang baru mencapai di tempat imam itu terhenti oleh bunyi suara lesung. Setelah itu Mbah Semendi geram dan memberikan hukuman kepada semua warga Desa Pulokerto. Yakni disumpahi akan mengalami kemiskinan selama tujuh turunan. Saat itu pula Mbah Semendi hijrah menuju Keboncandi di Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan untuk melanjutkan siar agama.
Setelah mendapatkan sumpah Mbah Semendi, akhirnya terbukti. Warga Desa Pulokerto ini, saat itu mengalami kemiskinan. Tak hanya sebatas itu, renovasi pernah juga dilakukan hingga sebanyak tiga kali. Namun tanpa sebab, lanjut Nasirin renovasi bangunan pertama bertingkat roboh. “Nah penyebabnya akhirnya diketahui, karena tak izin Mbah Semendi,” terang dia.
Menurut sesepuh setempat, saat lakukan renovasi. Tanpa musyawarah ada beberapa warga menutup sumur tua itu. Namun atas insiden tersebut, tiba-tiba saja mengakibatkan bangunan saat direnovasi langsung roboh setelah salat Duhur. Bahkan konon, beberapa warga yang menutup sumur itu, tak beberapa lama mereka mengalami sakit dan kemudian meninggal dunia.