PASURUAN, FaktualNews.co – Diskusi Kelompok Terarah (FGD) yang mengambil tema ”Keberlanjutan Sumber Daya Air Gunung Arjuna” oleh PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) bekerja sama dengan Yayasan Kaliandra Sejati, di kawasan Sukorejo Plant, pada Kamis (23/5/2019) sore, menyoal krisis lingkungan di lereng Gunung Arjuna.
Bahkan dalam pembahasan tersebut terungkap bahwa penggundulan hutan yang terjadi di lereng gunung itu, mengkhawatirkan. Disebut kerusakan hutan akibat penebangan liar oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab sudah berlangsung selama 20 tahun. “Kerusakan hutan sudah berlangsung lama,” kata Koordinator Konservasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kaliandra Sejati, Syarifudin.
Dalam diskusi terungkap pula bahwa Gunung Arjuna merupakan daerah tangkapan air dan hulu dari sungai Brantas (sungai terpanjang di Jawa Timur). Memiliki arti penting bagi hampir 2 juta warga Kabupaten dan Kota Pasuruan, atau secara umum mampu memenuhi kebutuhan air bagi 43% masyarakat Jawa Timur (data Balai Besar Wilayah Sungai Brantas).
Kurangnya penanganan dari pihak berwenang juga ikut menyumbang makin parahnya kerusakan hutan di lereng Arjuna. Sehingga dengan kerusakan tersebut, dikahawatirkan akan mengancam kelestarian hutan yang merupakan penyumbang sumber air terbesar di kawasan barat Kabupaten Pasuruan. Sehingga penyokong kebutuhan air warga bisa ludes.
“Jadi kalau diamati secara detail, selama kurun 20 tahun, terjadi kerusakan hutan (deforestasi) terus berlangsung, sehingga tingkat penyusutan lahan juga tak bisa terhindarkan yang mengancam ekosistem sekitar. Bahkan flora dan fauna yang dulu banyak dijumpai, saat ini mulai tak terlihat lagi, degradasi (pengurangan) lahan terus terjadi di Iereng Gunung Arjuna,” ucap Syarifudin.
Dari data The Water Risk Filter, kondisi sumber air di Pasuruan sudah mengalami risiko tinggi, masuk dalam kategori “Baseline Water Stress”. Artinya, ada ketimpangan total penarikan air tahunan total pasokan tahunan yang tersedia untuk penggunaan konsumtif di hulu. Dampaknya pada keberlanjutan sumber daya air terancam karena tingginya penggunaan air, sementara pasokan terbarukannya sangat kurang.
Dikatakannya, dengan adanya kerusakan yang dikategorikan sangat parah. Tentunya akan mengancam kebutuhan air bagi masyarakat sekitar di bawah lereng Arjuno. “Dari data yang ada sejak memasuki musim kemarau, ada 37 desa yang ada di 10 kecamatan di Kabupaten Pasuruan mengalami kekeringan yang cukup mengkhawatirkan. Sehingga masyarakat terdampak,” ujar Syarifudin.
Karena itu pihaknya menyarankan untuk seriusi menangani penguatan Gunung Arjuna di antaranya melalui program berkelanjutan berkolaborasi multipihak. Pihak swasta pun dituntut juga untuk memiliki komitmen, untuk ikut peduli menjaga keberlanjutan sumber daya air. Karena, seluruh kegiatan operasional perusahaan, air menjadi satu hal yang menjadi kebutuhan utama.
Head Environment, Health, and Safety (EHS) Sampoerna, Imron Hamzah mengatakan tuntutan itu coba dipenuhi dengan mengajak seluruh stakeholder lingkungan. Seperti tercatat pada tahun 2009-2014, Sampoerna berkolaborasi dengan Yayasan Kaliandra Sejati tuntaskan program pelestarian hutan dan mata air Gunung Arjuna.
Mengusung Konsep Hutan Asuh, penanaman dilakukan di hutan lindung sebanyak 75.000 pohon, penanaman 27.000 bambu dan membuat 100 sumur resapan melibatkan ratusan warga sekitar. ”Masalah sumber daya air dan isu lingkungan lainnya harus menjadi perhatian semua pihak, maka kolaborasi multipihak harus direalisasikan sesegera mungkin,” beber dia.
Kolaborasi dari masyarakat, swasta, Pemerintah, dan akademisi mutlak agar solusi secara efisien bisa dirumuskan, diimplementasikan. Kolaborasi multipihak, kata Imron, berprinsip untuk menjaga dan merawat keberlangsungan air di daerah Gunung Arjuna. “Ada tiga asas yang menjadi dasar, efisiensi penggunaan air di area pabrik, menjaga, memelihara daerah tangkapan air, juga dukungan bersama para pemangku kepentingan,” pungkasnya.