Usaha Kue Kering Banyak Didominasi Warga Pasuruan
PASURUAN, FaktualNews co – Menjelang Lebaran, tak sedikit masyarakat yang mendapatkan keuntungan berlipat ganda dalam usahanya. Yani membuat kue untuk sajian tamu saat bersilaturahmi. Salah satunya adalah usaha kue kering rumahan, yang diproduksi oleh warga. Dari olahan rumah tangga ini, banyak hasilkan pundi-pundi rupiah.
Ia adalah, Sulastri (48), warga RT 01 RW 09, Dusun Wetan Embong, Desa Suwayuwo sudah 11 tahun berkecimpung dalam dunia pastry selama ini, justru sudah dikenal di wilayah Bangil, Kabupaten Pasuruan. Sebenarnya tak hanya kue kering saja, dirinya justru lebih dulu membuat kue basah seperti jajanan pasar dan sejenisnya untuk usaha dagangannya.
Hanya saja, permintaan kue kering menjelang Hari Raya Idul Fitri selalu meningkat 100%. Kalau di hari-hari biasa di luar ramadhan, dirinya hanya menghabiskan 5-10 kilogram telur, tepung terigu dan bahan-bahan untuk membuat kue seperti nastar, kastengels, putri salju dan lainnya.
Namun, mulai dua minggu sebelum puasa, dirinya sudah harus bisa melayani permintaan pembeli yang membludak. Bahkan sampai menghabiskan 30-50 kilogram bahan dalam satu hari. “Usaha rumahan ini jalan terus dan banyak yang senang. Karena kalau pas saya nanya, gimana kue saya enak atau tidak. Semua bilang enak,” ujar Sulastri, Senin (27/5/2019).
Dalam usahanya, Sulastri menjual berbagai macam kue kering dalam toples maupun kaleng dan kardus, Menurutnya, kue dalam toples banyak dibeli oleh para pelanggannya. Karena lebih mudah jika ingin dibagikan kepada keluarga ataupun tetangga. “Lebih simple langsung dimasukkan ke dalam tas kresek atau di tas,” paparnya.
Sebelum sesukses seperti sekarang, Sulastri mengawali usahanya dari pesanan tetangga yang ingin dibuatkan kue untuk hajatan. Baik kue basah untuk hidangan pada saat tamu datang di acara nikahan atau tasyakuran, hingga sebagai oleh-oleh untuk dibawa ke rumah.
“Saya masing ingat dulu ada tetangga yang punya hajatan kemudian saya tawari dan mau. Lumayan walau masih 50 pesanan saja,” tutur Sulastri.
Beruntung, dirinya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan kewirausahaan dari berbagai pihak, mulai dari Pemerintah Kabupaten Pasuruan hingga swasta seperti Sampoerna.
“Sudah gak kehitung berapa banyak pelatihan yang saya ikuti. Sekarang sudah bukan peserta lagi, tapi didapuk jadi instruktur atau pelatih pembuatan kue basah dan kering,” singkatnya.
Sekarang, dirinya sudah mempunyai banyak pelanggan. Ada yang datang sendiri ke rumah ataupun pesan melalui aplikasi medsos seperti WA, Instagram. Kebetulan, Sulastri juga punya anak laki-laki yang jago dalam membuat desain kue yang ia namakan RB atau Rizki Barokah.
“Saya juga sudah buat website resmi. Kita lengkali semua usaha kita, mulai ijin usaha, kesehatan dan lain sebagainya,” jelas dia.
Untuk kue kering, hampir semua jenis telah dibuat Sulastri. Harganya pun bervariasi. Semprit jelarut dijual dengan harga Rp 28 ribu untuk toples besar dan Rp 18 ribu untuk toples kecil. Nastar Rp 38 ribu, cookies kismis Rp 30 ribu, kastengels Rp 53 ribu, putrid salju Rp 32 ribu, good time Rp 30 ribu, lidah kucing Rp 28 ribu, kue kacang Rp 37 ribu dan kue abon Rp 37 ribu. Tak hanya dalam ukuran toples, Sulastri juga menjual dalam ukuran per setengah kilogram.
“Tapi paling banyak memang beli yang toplesan karena dibuat untuk konsumsi sendiri,” tandasnya.
Selama membuat kue, dirinya dibantu oleh 2-3 pegawai. Tapi khusus ramadhan dan menjelang hari raya, dirinya memberdayakan 7-9 orang tetangganya. Omsetnya pun lumayan, lantaran dalam sehari dirinya bisa meraup untung bersih sebesar Rp 500 ribu.
“Senangnya di sini, karena bisa membantu para tetangga yang ingin mencari kesibukan. Hasil dari penjualan kita juga kita peruntukkan untuk mereka semua,” pungkasnya.