Opini

Sengkuni Modern Ala Kadipaten Njomplang

Jare Cak Besut

HAWA panas malam itu, serasa membakar Pendopo Kadipaten Njomplang. Proses pengisian nama-nama pejabat yang bakal mengisi jabatan penting menjadi pemicu. Dinginnya semburan mesin pendingin ruangan seakan tak mampu meredam suhu yang kian mendidih. Umeg nya Kadipaten perihal pengisian jabatan yang didominasi para alumni sekolah pemerintahan ini membuat berang sejumlah pihak.

Salahe Udin, disebut banyak pihak sebagai dalang dari dibangunnya dinasti para alumnus sekolah yang sempat menuai kontroversi akibat kekerasannya tersebut di Kadipaten Njomplang. Kabar angin rupanya menyebar begitu cepat. Bahkan sekelas Man Gondo yang terkenal acuh dengan jalannya roda pemerintahan kadipaten inipun mendengarnya.

“Cak Besut, riko kan dikenal sebagai sumbernya sumber, jare kapan ane pendopo umeg goro-goro salah sijine alumni Inginnya Pendidikan Dapatnya Nisan seng ngaku wonge Adipati berulah,” tanya Man Gondo.

Cak Besut yang mendengar pitakon Man Gondo inipun langsung tertawa terbahak-bahak. Kopi yang ia minum tanpa sengaja muncrat gara-gara Man Gondo menyebut kepanjangan sekolah yang kerap diberitakan karena kasus kekerasan yang menimpa siswanya ini.

“Sampean iku onok ae Man, lagian sampean kok yo krungu ae iku loh, wong aku ae gak sepiro krungu,” jawab Cak Besut usai menuntaskan tawanya.

“Gak sepiro krungu berarti yo ngerti, kok yo aneh riko iki,” sungut Man Gondo.

“Halah ngunu ae kok yo mecucu, gondokan koyok purel ae sampean Man,” ujar Cak Besut sambil tertawa kembali.

Man Gondo hanya tersenyum kecut mendapat jawaban dari Cak Besut. Cak Besut sendiri mulai angkat bicara. Ia mengatakan bahwa telah mendengar kabar angin tersebut. Menurutnya, tidak hanya kali ini saja Salahe Udin bertindak sebagai operator pengisian jabatan di Kadipaten Njomplang.

Pada pengisian jabatan pertama, Salahe Udin juga disebut sebagai orang yang berperan aktif. Namun untuk pengisian kali kedua ini, rencana Salahe Udin diback up penuh oleh junior dan seniornya. Alhasil, posisi strategis Salahe Udin yang dikenal bak ikan sapu-sapu alias Sengkuni modern di seputaran Adipati, semakin membuat permainan caturnya tak terkalahkan.

Ditambah, salah satu seniornya berposisi sebagai pejabat yang bertugas memindah para pejabat yang lain, menambah lengkapnya pembangunan pondasi dinasti para mantan Sekolah Pencetak Diktator Negara.

“Berarti penempatan mereka iki gratis lak an Cak ? kan yo apik se,” tanya Man Gondo polos.

“Apik piye to, jare sopo gratis, yo tetep bayar lah, tapi prioritas utama tetep konco ne dewe,” jelas Cak Besut kembali. Bahkan, lanjut Cak Besut, ada seorang Alumni yang suaminya berprofesi sebagai dokter telah menyiapkan ratusan juta rupiah demi sebuah jabatan sebagai wakil direktur di pusat layanan kesehatan milik pemerintah.

“Info ne sudah disiapkan 650 yuto ben bojone dadi wakil direktur omahe wong loro,” tambah Cak Besut.

“Lah dalah tak pikir gratis tis tibak e yo jek bayar to…wah berarti gak enek bedane…hahahahah…,” tawa Man Gondo menggelegar.

“Hush…ojo banter-banter, jabatan iku manis, semanis gulo aren, tapi yo ngunu, tapi lek kakean gulo yo iso kenek diabet. lek sampek akut iso diamputasi,” canda Cak Besut.

Malam semakin larut, Cak Besut pun pamit meninggalkan rekannya yang masih ingin menghabiskan waktu dengan menambah kopi goyang ala Rusmini. Tak lupa sambil berdendang, Jare Cak Besut

Jare Cak Besut….

Piring biyen tipis-tipis
Piring sak iki soko porselen
Maling biyen gowo linggis
Maling sak iki gowo bulpen

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Share
Penulis