FaktualNews.co – Di awal meniti karir sebagai pesepak bola profesional, gelandang Chelsea berkebangsaan Italia, Jorginho, pernah mengalami pengalaman pahit. Bahkan pria berdarah Brasil itu bahkan nyaris menyerah dan meninggalkan karier di lapangan hijau.
Jorginho, dia pernah ingin meninggalkan sepak bola karena ditipu agennya. Sang agen mencuri uang darinya sehingga gelandang muda tersebut harus hidup dengan 20 euro per pekan (Rp 322 ribu).
“Saya saat itu sedang bermain di sebuah turnamen di Brasil dan seorang agen mengamati saya. Dia membawa saya ke sekolah sepak bola milknya. Dia adalah pencari bakat dan setiap orang yang dinilainya cukup bagus akan dibawanya ke Italia,” kenang Jorginho di situs resmi Chelsea, Sabtu (15/6/2019).
“Dia melakukannya ketika saya berusia 15 tahun. Dia mengatur agar saya mengikuti seleksi di Verona, di sesi tim muda mereka. Mereka kemudian mengambil saya. Ketika pindah ke Italia rasanya sangat mudah karena sesuai dengan impian saya. Semuanya terasa baru,” imbuh dia.
Jorginho kemudian menjalani rutinitas sebagai pesepak bola di sana. Kegiatannya hanya berlatih, ke sekolah, pulang, dan terus berulang setiap hari. Rutinitas seperti itu dijalani Jorginho selama 18 bulan.
“Saya hanya memiliki 20 euro per pekan untuk hidup dan saya tak bisa melakukan hal lain. Anda tak bisa melakukannya dengan uang sebesar itu. Yang saya lakukan benar-benar hanya berlatih dan sekolah. Itu benar-benar berat,” ujar Jorginho.
“Saat itu Verona belum di Serie A. Mereka tidak punya tim muda, jadi saya bermain di tim muda lokal yang disebut Baretti. Ketika bermain untuk Baretti saya bertemu sesama orang Brasil dan berteman dengannya,” imbuh Jorginho.
Berkat sang teman itulah Jorginho baru menyadari telah ditipu sang agen. Sang teman kaget ketika diberi tahu Jorginho hanya hidup dengan 20 euro per pekan.
“Dia berkata ‘sebentar, ada sesuatu yang salah’. Dia kemudian bertanya-tanya dan mengatakan agen telah mengambil uang saya. Saya tak tahu apa pun tentang itu. Pada saat itu, saya ingin menyerah. Saya benar-benar hancur,” kenang pemain berusia 27 tahun itu.
“Saya menelepon ke rumah sambil menangis dan bilang ke ibu bahwa saya ingin pulang. Saya tak ingin bermain sepak bola lagi,” sambung pemain yang bergabung dengan Chelsea musim panas tahun lalu ini.
Beruntung, niat Jorginho meninggalkan lapangan hijau dicegah sang ibunda.
“Dia bilang ‘Jangan pernah berpikir tentang itu (meninggalkan sepak bola). Kamu sudah sangat dekat. Kamu sudah di sana selama beberapa tahun. Saya tak mau kamu kembali ke rumah. Kamu harus tetap di sana dan bertahan’,” urai Jorginho.
“Jadi saya bertahan dan lanjut berlatih bersama tim pertama. Saya bisa terus bermain untuk Baretti, tapi pada titik itu saya memilih pergi sebagai pemain pinjaman. Saya pergi ke tim profesional di Serie C2 yang bernama Sambonifacese,” imbuh Jorginho.
Ketika Jorginho bermain di Sambonifacese, Verona promosi ke Serie B. Jorginho kemudian balik ke sana, tapi sang pelatih Andrea Mardorlini mengaku tak membutuhkan tenaga Jorginho karena sebelumnya hanya bermain di Serie C.
Tapi, Jorginho mendapat dukungan dari salah satu direktur klub yang mengenalnya dengan sangat baik. Direktur tersebut bahkan bertengkar dengan sang pelatih.
“Hingga Oktober saya tak pernah diamainkan dan saya berpikir tentang kemungkinan hengkang pada Juanuari. Kemudian salah satu pemain utama yang posisinya sama dengan saya cedera. Pemain penggantinya juga cedera. Pelatih tak tahu apa yang harus dilakukan,” ujar Jorginho.
“Dia harus berimprovisasi atau memainkan saya. Dia kemudian menurunkan saya dan saya melakukannya dengan sangat baik,” tegas Jorginho, menngungkapkan awal kebangkitannya hingga seperti sekarang.