SURABAYA, FaktualNews.co – Batuk rejan atau pertusis adalah infeksi bakteri pada paru-paru dan saluran pernapasan yang mudah sekali menular. Penyakit ini dapat mengancam nyawa bila terjadi pada lansia dan anak-anak, khususnya bayi yang belum cukup umur untuk mendapat vaksin pertusis.
Batuk rejan dapat dikenali dari rentetan batuk keras secara terus-menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut (whoop). Seseorang bisa menderita batuk rejan hingga tiga bulan lamanya, sehingga penyakit ini juga biasa disebut “batuk seratus hari”.
Batuk rejan bisa membuat penderita kekurangan oksigen dalam darahnya. Selain itu dapat terjadi berbagai komplikasi, misalnya pneumonia. Bahkan pada beberapa kasus, tulang rusuk penderita mengalami luka akibat batuk yang sangat keras.
Batuk rejan dapat menyebar dengan cepat dari orang ke orang. Maka dari itu, vaksin pertusis diperlukan untuk mencegah seseorang terkena penyakit ini. Bakteri penyebab batuk rejan biasanya menyebar melalui cairan yang keluar saat penderita batuk atau bersin.
Umumnya, gejala batuk rejan akan muncul antara 7-21 hari usai bakteri Bordetella pertussis masuk dalam saluran pernapasan seseorang. Perkembangan gejala batuk rejan ada tiga tahapan, terutama pada bayi dan anak kecil, yaitu:
Berikut ini beberapa kondisi yang harus segera menerima penanganan dokter:
Bakteri Bordetella pertussis yang menyebar melalui udara adalah penyebab terjadinya batuk rejan pada seseorang. Bakteri ini masuk dan kemudian menyerang dinding saluran napas penderita dan melepaskan racun.
Pembengkakan saluran napas adalah salah satu cara tubuh bereaksi terhadap racun yang dilepaskan bakteri. Saluran napas yang membengkak bisa membuat penderita harus menarik napas dengan kuat melalui mulut karena kesulitan bernapas.
Hasil tarikan napas yang kuat inilah yang memunculkan bunyi dengkingan (whoop) yang panjang. Cara lain yang akan dilakukan tubuh saat bakteri menginfeksi dinding saluran napas adalah dengan memproduksi lendir kental, kemudian saluran pernapasan merespon untuk mencoba mengeluarkan lendir kental tersebut dengan batuk.
Batuk rejan yang masih pada tahap awal memang cukup sulit untuk didiagnosis, karena penyakit flu atau bronkitis punya gejala-gejala yang hampir serupa. Biasanya dari gejala-gejala batuk pada penderita dan mendengarkan suara batuk yang dihasilkan, dokter sudah bisa mendiagnosis batuk rejan.
Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan tambahan, yaitu:
Berhati-hatilah jika mengonsumsi obat bebas untuk mengobati batuk rejan. Karena banyak sekali jenis obat batuk di pasaran yang ternyata tidak ampuh mengobati batuk rejan atau bahkan tidak dapat mengurangi gejalanya.
Pengobatan batuk rejan dibedakan berdasarkan golongan usia penderita. Berikut ini adalah penjelasan secara lengkapnya.
Mengatasi batuk rejan pada bayi dan anak-anak
Pengobatan utama yang diberikan pada golongan usia ini adalah dengan antibiotik guna melawan bakteri penyebab infeksi. Kortikosteroid akan diberikan untuk mengatasi peradangan pada saluran napas. Baik antibiotik dan kortikosteroid bisa diberikan melalui infus. Sungkup oksigen dapat diberikan untuk membantu pernapasan.
Batuk rejan yang cukup parah pada bayi dan anak-anak bisa menyebabkan kerusakan pada paru-paru mereka. Penanganan khusus di rumah sakit akan berkonsentrasi pada pemakaian alat bantu pernapasan (ventilasi) dan pemberian obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah mereka.
Pada keadaan yang lebih parah, dapat dilakukan oksigenasi membran ekstrakorporeal (extracorporeal membrane oxygenation/ECMO), dimana oksigen akan langsung dialirkan ke tubuh tanpa melewati paru-paru. Prosedur ini akan diberikan jika metode pengobatan lain tidak berhasil dan paru-paru sudah mengalami kerusakan cukup parah.
Penanganan batuk rejan pada remaja dan dewasa
Batuk rejan pada remaja dan orang dewasa biasanya bisa ditangani sendiri di rumah atau dengan antibiotik sesuai resep dokter. Berikut ini adalah beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan di rumah apabila menderita batuk rejan:
Penanganan untuk menekan risiko penularan
Ada beberapa langkah pencegahan yang perlu dilakukan untuk menghindari penularan batuk rejan, di antaranya:
Penderita batuk rejan yang berisiko besar mengalami komplikasi adalah bayi dan anak-anak. Komplikasi yang mungkin terjadi, baik pada anak-anak ataupun orang dewasa, adalah:
Komplikasi yang terjadi pada bayi di bawah usia enam bulan bisa membahayakan nyawa. Oleh karena itu, mereka membutuhkan penanganan medis secepatnya di rumah sakit.
Khusus pada orang dewasa, batuk rejan dapat menimbulkan komplikasi:
Vaksinasi pertusis adalah cara terbaik untuk mencegah batuk rejan. Biasanya dokter memberikan vaksin pertusis bersamaan dengan vaksin difteri, tetanus, polio (vaksin DPT), dan Hib.
Berikut ini adalah jadwal vaksinasi untuk pertusis:
Vaksin pertusis sangat aman, namun terdapat beberapa efek samping yang mungkin dapat muncul setelah penyuntikan dilakukan. Di antaranya adalah rasa nyeri, kulit memerah, dan pembengkakan pada bagian yang disuntik. Selain itu, kemungkinan anak juga akan menjadi rewel atau demam.
Ibu hamil juga perlu mendapatkan vaksinasi pertusis. Mendapatkan vaksinasi pertusis saat hamil membantu melindungi bayi terserang batuk rejan pada minggu-minggu awal usai dilahirkan. Biasanya vaksinasi pertusis akan ditawarkan pada semua wanita hamil saat usia kehamilan mereka antara 28-38 minggu.
Selain pada ibu hamil dan bayi, vaksinasi pertusis tambahan (booster) perlu diberikan karena fungsi perlindungannya cenderung melemah. Vaksinasi tambahan ini bisa diberikan ketika: