FaktualNews.co

Nasib Peternak Ayam Mojokerto Tak Nikmati Tingginya Harga di Pasar

Ekonomi     Dibaca : 1605 kali Penulis:
Nasib Peternak Ayam Mojokerto Tak Nikmati Tingginya Harga di Pasar
FaktualNews.co/Fuad Amanullah/
Kondisi kandang ayam milik Alfan Wahyudiono (27) saat di datangi di lokasi peternakannya di Dusun Pandan Kuning, Desa Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi, Mojokerto terlihat kosong sejak lebaran 2019.

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Tingginya harga daging ayam di pasar tradisional, tidak sebanding dengan harga ditingkat peternak yang anjlok hanya sekitar Rp 8 ribu per kilogramnya.

Kondisi ini membuat para peternak ayam pedaging di Mojokerto, memilih menghentikan sementara beternak ayam broiler untuk menghindari kerugian.

“Setelah lebaran (awal Juni 2019), harga ayam hidup dari peternak anjlok menjadi Rp 8 ribu per kilogram. Sejak saat itu saya hentikan dulu ternak ayam supaya tidak rugi, menunggu sampai harga kembali normal,” kata salah seorang peternak di Dusun Pandan Kuning, Desa Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi, Alfan Wahyudiono (27), Kamis (27/6/2019).

Oleh sebab itu, sampai hari ini kandang ayam Alfan terlihat kosong tanpa seekor pun ayam di dalamnya. Hanya nampak beberapa pekerja membersihkan sisa-sisa sekam bercampur kotoran ayam di dalam kandang.

Menurutnya, Anjloknya harga ayam hidup di tingkat peternak, baru kali ini terjadi dalam waktu lama. Harga selama ini maksimal terjadi selama satu minggu. Setelah itu harga LB kembali normal di kisaran Rp 16-18 ribu/Kg.

Sehingga hal ini, lanjut Alfan, Kondisi ini membuat ketar ketir setiap peternak. Betapa tidak, saat ini harga daging ayam broiler di pasar-pasar Mojokerto masih tinggi, yaitu Rp 25.500 ribu/Kg. Menurut Alfan, jika harga daging ayam di pasar Rp 25.500/Kg, seharusnya harga LB di peternak paling rendah Rp 13.500/Kg.

“Selisih harga sebanyak itu siapa saja oknum yang bermain. Biasanya selisih harga ayam di kandang Rp 10-12 ribu per kilogram dengan harga daging ayam di pasar,” jelasnya.

Ia bersama dengan par peternak di Mojokerto, menjalin kerjasama dengan distribusi sehingga hasil panen dibeli oleh mitra.

“Ikut kemitraan, ada kontrak. Terakhir panen harga masih Rp17 ribu per kilogram, masih normal tapi untuk tambahan agar ayam potong gemuk sulit untuk saat ini karena harga di tingkat peternak ke distributor Rp 8 ribu per kilogram,” ungkap Alfan.

Kata Alfan, dengan harga jual ke distributor Rp8 ribu per kilogram jelas para peternak mengalami kerugian karena harga di pasar Rp30 ribu per kilogram. Untung yang didapat para peternak sedikit dibanding dengan biaya yang diluarkan. Untuk 1.000 ekor, bisa rugi Rp 2 juta.

Dia menyebutkan, kerugian peternak bisa dihitung dari jumlah biaya yang dikeluarkan saat perawatan hingga pakan. Ditambah biaya tersebut belum termasuk pakan tambahan, pekerja, listrik dan sekam. Agar para peternak mendapat keuntungan lebih, biasanya para peternak membeli bibit ayam potong diluar dari kontrak dengan mitra agar bisa dijual secara mandiri.

“Karena jika ingin ayam gemuk harus tambah biaya lagi untuk pakan tambahan seperti jagung tapi ternyata harga panen tidak cocok. Kalau perawatan mulai umur 0 hingga siap panen atau 40 hari, untuk 1.000 ekor antara Rp3 juta sampai Rp4 juta,” katanya.

Dirinya berharap dengan harga ayam yang kini tidak setabil, para peternak ayam potong di Mojokerto berharap pemerintah segera menstabilkan harga dan bisa memutus mata rantai siapa oknum dibalik selisih banyaknya harga ayam potong di tingkat peternak dan pasar.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul