Dilanda Kekeringan, Warga Jeladri Pasuruan Terpaksa Beli Air
PASURUAN, FaktualNews.co – Dusun Beringin, Desa Jeladri, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, kerap mengalami kekeringan. Penyebabnya disinyalir diperparah dengan adanya kerusakan lingkungan sekitar. Hal ini akibat maraknya eksploitasi lahan yang terus menjamur. Meski cukup dekat dengan sumber air Banyubiru, namun air susah didapat.
Akibat faktor tersebut, warga sekitar yang terdampak. Mereka harus bersusah payah untuk mendapatkan air bersih yang menjadi kebutuhan pokok. Bahkan sejak memasuki kemarau, kekeringan hingga krisis air bersih mewarnai kehidupan warga.
Kekeringan yang terparah, sejak sepekan terakhir ini. Sejumlah warga terpaksa harus membeli air di truk tangki dari pedagang keliling.
Mereka membelinya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.”Ya terpaksa beli air. Kalau dulu belum kemarau, warga di sini mengambil air dari sumber mata air dari lereng Gunung Bromo. Namun mulai musim kemarau sebulanan ini, kami mulai kekurangan air bersih, karena sumbernya menyusut terus,” ujar Tinariyah, warga Desa Jeladri, Rabu (10/7/2019).
Menurutnya, warga Dusun Beringin terpaksa membeli air dari truk tangki dari pedagang air karena tak ada suplai air. Kalaupun ada tak mencukupi dengan kebutuhan warga.
“Mau tidak mau, saya membeli air dalam bentuk jurigen dari pedagang air yang sering keliling berjualan di desa ini. Dari pada gak ada air untuk dikonsumsi,” ucap dia.
Dalam sehari, ia harus membeli air dalam bentuk jerigen hingga mencapai 8-12 buah, untuk keperluan air minum, memasak, mandi hingga kebutuhan lainnya.
“Memang ada bantuan dari pemerintah, tapi bantuan itu hanya sedikit. Sehingga saya harus membeli air. Harganya Rp 2.000 per jurigen,” ujar Tinariyah, yang diiyakan warga lainnya, saat menunggu bantuan air bersih.
Hal senada juga diungkapkan Asian. Menurutnya, selama musim kemarau ia tidak bisa mengandalkan kiriman air dari pemerintah. Selain sedikit, juga kebutuhan untuk sehari-hari tak mencukupi.
“Saat musim kemarau, di desa kami ini sulit mendapatkan air. Droping air bersih dari Pemkab Pasuruan, juga minim. Makanya, membeli air sudah menjadi kewajiban warga,” katanya.
Dalam sehari, rata-rata warga Dusun Beringin, membutuhkan 20-25 jurigen. Itu buat keperluan sehari-hari, berkebun dan merawat ternak sapi.
“Di desa ini sedikit sumber mata airnya. Namun di desa bawah sangat melimpah airnya. Katanya ada bantuan saluran air dari Banyubiru oleh pemerintah. Tapi kenapa kok gak ada kejelasan,” keluh Asian.
Kades Jeladri, Muhammad Nurtinggal membenarkan kondisi tersebut. Diakuinya, bahwa Desa Jeladri tak memiliki sumber air. Dengan demikian sehingga air bersih disuplai melalui pipa dari desa tetangga yakni Desa Pusung Malang. Namun, kondisi pipanya sudah rusak, hingga menyebabkan tidak lancarnya air yang seharusnya mengaliri Desa Jeladri.
Menurut Nurtinggal, totalnya sekitar 2.000 Kepala Keluarga di Desa Jedari, mengalami kekeringan. Di desa ini harus ngirit air saat musim kemarau seperti saat ini.
“Kami terus berupaya bersama perangkat lainnya untuk memperbaiki saluran itu. Sebab, kebutuhan air bagi warga di sini sangat vital. Karena itu kami berharap ada solusinya dari pemkab,” ucapnya