FaktualNews.com – Hari-hari belakangan ini terasa berat sekali untuk bangun. Dingin yang menusuk tulang mengajak bergelung saja dalam selimut. Hendak bangun saja kamar mandi sudah terbayang seperti danau es di film-film Hollywood.
Ini musim kemarau. Musim bunga-bunga pohon Mangga dan Randu mulai trubus. Musim di mana azan Subuh mengalun seperti lagu ‘Nina Bobo’. Iya, ini musim yang orang Jawa menyebutnya Bediding. Apa itu bediding?
Bediding adalah istilah dalam bahasa Jawa untuk menyebut perubahan suhu yang mencolok khususnya di awal musim kemarau. Suhu udara menjadi sangat dingin menjelang malam hingga pagi, sementara di siang hari suhu melonjak hingga panas menyengat.
Perubahan suhu yang demikian terjadi selama tiga hingga empat bulan dan selalu pada pertengahan tahun antara bulan Juni sampai Agustus. Bediding juga dikenal sebagai musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Suhu udara pada masa musim bediding memang tidak sedingin di daerah subtropis seperti Eropa, tetapi sudah dapat membuat badan menggigil kedinginan, terutama di dataran tinggi seperti dataran tinggi Dieng.
Daerah tropis memiliki suhu hangat yang biasanya mempunyai suhu diatas 22 °Celcius. Namun, pada musim bediding, suhu udara di beberapa tempat di Pulau Jawa bisa turun drastis. Misalnya suhu di Kota Malang pada tahun 2013 mencapai 17,5 °C di pagi hari, di Kota Bandung suhu menyentuh angka 15 °Celcius.
Kota Yogyakarta yang biasanya hangat suhunya bisa turun menjadi sekitar 17 °C pada dini hari, sementara Kebumen, Jawa Tengah pada dinihari bulan Juni bisa tembus 15 °C.
Yang lebih ekstrim, adalah dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah serta Dataran Tinggi Tengger, Probolinggo, Jawa Timur. Suhu udara pada musim bediding di kedua wilayah itu bisa mencapai -4 °C. Sesekali bahkan terdapat hamparan salju tipis saat pagi hari karena embun yang membeku. Karena bediding terjadi pada musim kemarau, hampir dipastikan tidak ada hujan selama periode ini.
Pergerakan semu matahari
Periode bediding terjadi sekitar bulan Juli hingga Agustus. Musim bediding terjadi karena pada bulan-bulan tersebut, posisi matahari berada pada posisi terjauh di sebelah utara garis katulistiwa sehingga menyebabkan belahan bumi sebelah utara menjadi panas dan belahan bumi selatan menjadi dingin.
Letak pulau Jawa yang berada di sebelah selatan garis katulistiwa menyebabkan pulau Jawa menjadi lebih dingin daripada biasanya. Angin musim dingin dari Australia juga menjadi andil dalam menjadikan pulau Jawa menjadi lebih dingin.
Praktisi Cuaca dan Kelautan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Maritim Tanjung Perak Surabaya, Eko Prasetyo, menjelaskan saat posisi pergerakan semu matahari tepat di 23,5° Lintang Utara (LU), belahan bumi selatan khususnya Australia memasuki musim dingin. Angin yang bertiup dari Benua Australia atau angin dari timur dan tenggara juga mempengaruhi suhu udara sebagian besar wilayah di Indonesia.