PARIS, FaktualNews.co – Anak-anak yang kecanduan smartphone atau gadget barangkali membuat khawatir setiap orang tua. Mereka mereka harus berjuang untuk membuat si anak berhenti bermain gadget. Seringkali, ketika mereka mengambil perangkat, anak-anak ini akan mengamuk atau menangis, ini bisa membuat frustrasi.
Beberapa hari yang lalu, netizens merasa geli ketika foto-foto seorang gadis kecil dengan “mata panda” beredar di media sosial. Rupanya, ini adalah trik yang dimainkan oleh ibu gadis itu karena anaknya terlalu kecanduan dengan gadgetnya. Dia ingin menghentikan kebiasaan buruk si gadis kecil itu.
Jadi ketika gadis itu tidur, sang ibu memutuskan untuk diam-diam mengaplikasikan eyeshadow hitam di sekitar mata putrinya dan itu berhasil. “Setelah bangun dan melihat dirinya di cermin, dia berteriak. Saya memberitahunya itu karena kamu banyak bermain gadget,” kata ibu seperti dikisahkan kepada Sinchew.
Gadis itu sangat ketakutan sehingga dia mulai menangis. Ibunya memperingatkannya untuk tidak terlalu banyak bermain di telepon.
Dilaporkan bahwa insiden itu terjadi di Thailand dan foto-fotonya menjadi viral. Orang tua gadis itu kemudian memberi tag teman-teman mereka dan menyuruh mereka mencobanya pada anak-anak mereka.
Bagaimana Pendapat Pakar?
Psikolog yang juga pemerhati anak, Seto Mulyadi, menilai, cara mendidik anak dengan memberi hukuman seperti itu kepada anak merupakan tindakan yang tidak dibenarkan.
“Untuk parenting (cara pengasuhan) seperti itu, saya kira tidak bisa dibenarkan sama sekali. Ini bisa juga semacam pendidikan yang salah atau bisa juga kekerasan terhadap anak,” ujar Seto saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/7/2019).
Seto mengatakan, cara memberi lingkaran pada kedua mata agar si anak menjadi jera, termasuk perundungan. “Iya, itu kan mempermalukan anak, mem-bully anak juga. Nah, ini bagian dari kekerasan terhadap anak,” ujar Seto.
Menurut dia, cara mendidik anak dengan memberikan efek jera seperti menakut-nakuti dengan lingkaran hitam di mata adalah kekeliruan.
Alternatif Permainan
Seto mengatakan, ponsel tetap akan memberikan manfaat pada anak, dengan aturan penggunaan yang ketat.
Untuk membuat anak tak terlalu fokus pada ponsel, ia menyarakan agar memberikan pengalaman bermain yang mengasyikkan, misalnya permainan di alam bebas. “Anak diajak bermain gembira bersama orangtuanya dengan cara-cara yang lebih bebas, di alam bebas,” ujar Seto.
Adapun pendekatan dengan mengenalkan kegiatan di alam bebas bertujuan agar si anak menyadari bahwa ada kegiatan yang menyenangkan selain bermain ponsel.
Selain itu, Seto juga menyarankan agar permainan-permainan tradisional kembali dipopulerkan sehingga anak ada pilihan lain untuk bermain.