FaktualNews.co

Jembatan Dibongkar, Pengendara Motor di Sidoarjo Bergantian Lewati Jembatan Darurat

Peristiwa     Dibaca : 1282 kali Penulis:
Jembatan Dibongkar, Pengendara Motor di Sidoarjo Bergantian Lewati Jembatan Darurat
FaktualNews.co/Alfan/
Pengendara sepeda motor bergantian saat melintas di kembatan darurat yang terbuat dari gedhek .

SIDOARJO, FaktualNews.co – Sudah sekitar dua minggu ini jalan Raya Sukodono, Sidoarjo tidak bisa dilewati karena jembatannya dibongkar. Diperkirakan, proses pembangunan jembatan itu butuh waktu sekitar dua bulan.

Artinya, selama itu warga harus mencari jalur alternatif. “Untuk sepeda motor bisa lewat jembatan darurat yang terbuat dari anyaman bambu,” ujar Husain, warga setempat, Senin (22/7/2019).

Ketika melewati jalan alternatif yang lebarnya hanya 1,5 meter tersebut, pengendara sepeda motor pun harus melintas secara bergantian baik dari arah utara maupun sebaliknya.

Jarak jembatan darurat tersebut berjarak kurang lebih 100 meter dengan jembatan yang dibongkar. Kendati demikian, kondisi itu mengakibatkan kemacetan parah. Karena kawasan ini merupakan daerah padat yang sehari-hari volume kendaraannya juga tinggi.

“Pukul 02.00 WIB pagi saja sudah ramai. Warga sudah mulai berangkat ke pasar. Apalagi saat waktunya berangkat dan pulang kerja atau sekolah, selalu ramai dan harus antre bergantian,” papar pria 57 tahun tersebut.

Jembatan darurat ini dibangun sebelum jembatan utama dibongkar. Pembuatan jembatan gedhek itu sengaja dilakukan sebagai solusi jalur alternatif agar warga tidak terlalu jauh memutar.

Sementara untuk kendaraan besar, seperti mobil, truk, dan sebagainya, tetap harus memutar jauh seperti salah satu jalan alternatif yakni melintasi jalan Perum Bulang Permai.

“Demikian halnya dari arah utara, dari Dungus melewati jalan yang sama sampai tembus pertigaan sebelah Polsek Sukodono,” ungkap Waluyo, warga Sukodono.

Kondisi itu juga kerap dikeluhkan karena sering kali terdapat masalah. Diantaranya adalah truk atau mobil terperosok di persawahan ketika bersimpangan. Karena jalannya pun cukup sempit.

“Karena jalannya sempit. Dan ketika ada insiden, jalan antar desa yang sementara ini menjadi jalur utama itupun macet parah dari dua arah,” ujar bapak dua anak ini.

Warga berharap, jalur itu hanya dimanfaatkan untuk jalan alternatif dari arah selatan saja. Sementara dari arah sebaliknya, diharapkan bisa memanfaatkan jalan melewati Desa Plumbungan kemudian ke Padmonegoro dan Pekarungan.

Jika jalan alternatif dari utara dan selatan dibedakan, diyakini bisa menekan potensi macet. Karena volume kendaraan di kawasan itu tinggi, sementara jalan alternatif yang dipakai selama ini terbilang kecil.

Sementara jembatan utama itu sendiri masih dalam proses pembongkaran. Alat berat terlihat beroperasi di sana, dan diperkirakan pembangunan butuh waktu sekitar dua bulan.

 

 

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin