FaktualNews.co

PG Gempolkrep Mojokerto Bantah Abu Panas yang Bakar Bocah 8 Tahun adalah Limbahnya

Peristiwa     Dibaca : 1381 kali Penulis:
PG Gempolkrep Mojokerto Bantah Abu Panas yang Bakar Bocah 8 Tahun adalah Limbahnya
FaktualNews.co/amanu
Pihak manajemen PG Gempolkrep Mojokerto saat memberikan penjelasan di kantornya, terkair kasus terbakarnya tangan dan kaki bocah 8 tahun akibat abu panas yang sebelumnya diduga limbah PG.

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Pabrik Gula  (PG) Gempolkrep membantah jika abu panas yang membakar kedua tangan dan kaki bocah SD berusia 8 tahun adalah limbah PG. Sebab, pihak PG tidak pernMojah membuang limbahnya ke permukiman penduduk.

Hal itu dikatakan, Manajer pengolahan Pabrik Gula (PG) Gempolkrep, Abdul Aziz Purmali. Dia memastikan timbunan abu yang membakar kedua tangan dan kaki Nizam, bukanlah limbah, melainkan pupuk atau bio kompos yang diproduksi PG Gempolkrep tahun 2012-2014. Bio kompos itu dimanfaatkan warga desa.

“Memang abu itu berawal dari Pabrik Gula (PG) Gempolkrep. Tapi itu di luar kewenangan kami. Sebab selama ini pabrik tidak pernah merasa mengeluarkan hasil olahan secara sembarangan,” jelasnya, Senin (22/7/2019).

Menurutnya,  tim PG Gempolkrep sudah meninjau lokasi untuk memastikan, pada Minggu malam (21/07/19). Dan terungkap kompos tersebut milik Hadi, anggota Gapoktan desa setempat.

Bio kompos itu didapat dari salah seorang warga yang sama anggota Gapoktan, dari Desa Gempolkrep, Kecamatan Gedeg bernama Tarbin. Tarbin ini mendapatkan pupuk secara langsung dari PG Gempolkrep. Tarbin juga tercatat sebagai pensiunan pegawai PG Gempolkrep.

“Dalam bentuk curah, dia mendapatkan dengan membayar Rp 600 ribu. Hadi kemudian meminta kepada Pak Tarbin sejak Oktober 2017 dan seizin PG, karena pada tahun itu kita memang mengratiskan pupuk tersebut, sebab sangat berguna buat pertania,” sebutnya.

Produksi pupuk bio kompos sendiri, dihentikan sejak tahun 2014. Menurut dia, rendahnya minat dari para petani tebu menjadi penyebabnya.

Efek positif penggunaan pupuk organik tersebut memang tidak bisa langsung dirasakan petani. Sehingga mayoritas petani memilih mengunakan pupuk kimia.

Menurutnya, pemicu utama terbakarnya tangan dan kaki Nizam, bocah 8 tahun, berawal dari orang dengan sengaja membakar sampah di lokasi tersebut.

Pembakaran sampah menyebabkan gundukan abu terbakar sehingga menjadi panas. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya sisa dedaunan yang terbakar dan dau pisang yang mengering.

Selama ini, sambung Abdul Aziz, dalam pengelolaan sisa pembakaran, pihaknya bekerjasama dengan sebuah perusahaan untuk membuang limbah abu tersebut.

“PG Gempolkrep tidak pernah membuang abu sisa pembakaran di sembarang tempat. Kami memiliki aturan cukup ketat, apalagi membuang ke permukiman penduduk. Kami tidak pernah melayani perorangan karena kami kerjasama dengan sebuah PT,” tambahnya.

Dia menjelaskan, pupuk bio kompos diproduksi PG Gempolkrep menggunakan campuran blotong dan abu mesin ketel uap. Blotong merupakan hasil sampingan dari proses pemurnian gula.

Sementara abu mesin ketel uap berasal dari ampas tebu kering yang dibakar untuk menghasilkan uap.

“Blotong dan abu ketel uap terjadi melalui proses fermentasi dengan penambahan mikroba menjadi pupuk bio kompos. Bagus untuk tanaman juga aman buat lingkungan,” ujarnya.

Sebelumnya, Kapolsek Kemlagi AKP Eddie Purwo Santoso menyatakan, limbah abu dimanfaatkan kelompok tani Dusun Kedungbulus untuk pupuk. Oleh para petani, abu dicampur tanah, lalu digunakan untuk menyemaikan benih padi.

Eddie menuturkan, timbunan limbah abu bisa membakar kedua tangan dan kaki Nizam lantaran terkena bakaran sampah. Sehingga bagian dalam abu menjadi panas.

Korban terperosok ke dalam timbunan abu yang masih panas. Sayangnya sampai saat ini pelaku pembakaran belum ditemukan.

Diberitakan, Nizam Dwi Pramana (8) asal Dusun Kedungbulus, Desa Watesprojo, Kecamatan Kemelagi, Kabupaten Mojokerto terperosok ke limbah abu saat memungut botol air mineral.

Kedua kaki dan tangan siswa kelas 2 SDN Watesprojo ini terbakar abu yang saat itu membara. Hingga saat ini Nizam masih dirawat di RSUD RA Basuni.

Luka bakar paling parah pada pergelangan kaki kiri korban. Karena panasnya abu tersebut, sandal yang dipakai korban ikut meleleh. Luka bakar itu telah dioperasi.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah
Tags