FaktualNews.co

Warga Desa Gogodeso Blitar Keluhkan Proyek Mangkrak di Desanya

Peristiwa     Dibaca : 1481 kali Penulis:
Warga Desa Gogodeso Blitar Keluhkan Proyek Mangkrak di Desanya
FaktualNews.co/meidian
proyek wahana fly fox di Desa Gogodesa, Blitar yang dinilai mangkrak.

BLITAR, FaktualNews.co- Sejumlah proyek pembangunan fisik di Desa Gogodeso, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, dikeluhkan warga.

Warga menilai proyek mangkrak dan hanya menghambur-hamburkan dana desa dan bantuan pemerintah lainnya, tidak cukup membawa manfaat yang nyata di masyarakat.

“Hancur,  banyak yang diselewengkan. Pembangunan tak berjalan seperti yang diharapkan warga. Contoh outbound lima tahun mangkrak, bangunan kandang sapi tidak ada isinya, kios dekat kandang sapi masih kosong, ” ungkap tokoh warga yang enggan disebut namanya.

Pria ini menuturkan, di antara proyek yang dia sebutkan mangkrak, paling menonjol adalah proyek outbound. Proyek berbentuk wahana flying fox ini menurutnya dibangun asal-asalan dan cenderung membahayakan sebagai wahana outbound ekstrem.

Besi tangga wahana ini menurutnya menggunakan besi kualitas rendah, rawan patah. Serta kawat sling hanya diikatkan di pohon sengon. Tentunya standar seperti ini membuat orang takut menyewa wahana ini, karena dari segi keamanan sangat rawan.

Ditambah lagi anggaran pembangunan ini tergolong cukup besar. “Pembukuannya tidak transparan sama sekali. Kalau saya dengar total Rp 68 juta. Kalau saya Rp 30 juta aja sudah cukup,” ujarnya.

Kepala Desa Gogodeso, Choirul Anam, membantah semua tudingan itu. Soal wahana outbound berupa flying fox, dia mengatakan bukan mangkrak, melainkan memang ditutup. Lantaran dia mengakui flying fox yang diikat di kayu sengon ini kurang aman.

“Dulu, karena suatu hal kita pasangkan ke pohon. Namun karena tingkat keamanannya riskan, akan kita ganti tiang beton. Itu bulan-bulan ini kita laksanakan, kita carikan konsultan biar aman betul,” jelas dia di kantornya.

Saat ditanya terkait anggaran  flying fox, kades ini mengatakan bersumber dari anggaran Alokasi Dana Desa (ADD). Pengerjaan flying fox yang dimulai sejak 2011 ini, dikatakan menghabiskan dana sekitar Rp 50 juta.

“Nilainya besar, kan termasuk semuanya lengkap. Mulai dari tangga, sling, dan baju-bajunya. Saya tahu yang warga permasalahkan itu pohon sengonnya itu. Padahal dulu sengon tersebut yang menamam pihak desa,” kilahnya.

Terkait gedung dan bangunan lain, dia menepis dengan mengatakan, semua itu hanya kelihatannya saja sekilas mangkrak. Sebab program yang dia gagas condong ke jenis sosialisasi. Seperti pelatihan bertani dilaksanakan di gedung proyek yang dikatakan mangkrak itu, di hari-hari tertentu.

“Kalau pelatihan kan tidak terlihat fisiknya. Terlihat adalah perubahan perilaku warga, bisa dilihat di pinggir-pinggir jalan sini banyak menjual pakan ternak instan hasil pelatihan yang kita lakukan. Hasilnya peternak sapi di sini tidak lagi sering cari ramban rumput,” kilahnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah
Tags