FaktualNews.co

Jepang Gelontor Ratusan Miliar Rupiah di Indonesia untuk Kantong Belanja Kertas

Nasional     Dibaca : 1001 kali Penulis:
Jepang Gelontor Ratusan Miliar Rupiah di Indonesia untuk Kantong Belanja Kertas
FaktualNews/Ilustrasi
Ilustrasi

SURABAYA, FaktualNews.co – Kesadaran  bahaya plastik terhadap lambat laun semakin meningkat. Kebutuhan tas atau kantung belanja non plastik semakin meningkat.

Dilansir dw.com/id, pabrikan kantong kertas terkemuka asal Jepang, The Pack, akan segera membangun fasilitas produksi di Indonesia untuk memenuhi permintaan kantong belanja yang terbuat dari kertas yang meningkat di Asia Tenggara.

The Pack akan menginvestasikan sekitar 2 hingga 3 miliar yen (Rp 258 miliar – Rp 387 miliar) dalam bentuk pabrik yang rencananya mulai beroperasi pada Desember 2020. Langkah ini dilakukan seiring adanya tren untuk menghindari penggunaan plastik.

Saat ini di Indonesia sedang berlangsung perdebatan untuk melarang penggunaan kantong plastik di toko-toko. Perusahaan ini berharap negara-negara Asia Tenggara lainnya juga turut mempertimbangkan langkah serupa. Mereka berharap untuk bisa mengekspor kantong kertas hasil produksi pabrik baru ke lebih banyak pasar.

Konsumen Indonesia yang mereka sasar adalah yang cenderung berbelanja di butik dan pusat perbelanjaan kelas atas. Barang-barang yang baru dibeli dari tempat-tempat semacam ini umumnya dikemas dengan menggunakan kantong kertas.

Geser pemakaian plastik

The Pack telah memiliki fasilitas produksi di Cina, dan pembangunan pabrik di Indonesia ini akan menjadi fasilitas pertama di Asia Tenggara. Produsen pengemasan yang berbasis di Osaka diharapkan akan membentuk usaha patungan dengan mitra lokal yang menawarkan saluran penjualan di Indonesia dan di tempat lain. Detail terkait kesepakatan ini akan segera dirampungkan.

Sekitar 30 persen pendapatan dari grup perusahaan ini pada tahun 2018 didapatkan dari penjualan kantong kertas. Perusahaan ini menargetkan pendapatan sebesar 100 miliar yen (Rp 13 triliun) pada 2020 melalui operasi yang lebih kuat di luar negeri.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh
Sumber
dw.com/id