DHAKA, FaktualNews.co – Pengungsi Rohingya di Bangladesh menolak untuk kembali ke Myanmar kecuali mereka diakui sebagai kelompok etnis di negara asal mereka itu.
Demikian dikatakan para pemimpin Rohingya kepada para pejabat Myanmar yang mengunjungi pengungsian Cox’s Bazar, Minggu (28/7/2019). Pernyataan itu disampaikan dalam pembicaraan soal pemulangan mereka.
Ini adalah kedua kalinya para pejabat Myanmar mengunjungi pengungsian di Cox’s Bazar terkait upaya untuk meyakinkan para pengungsi Rohingya untuk memulai proses pemulangan.
Pada Oktober tahun lalu, Rohingya menolak tawaran untuk kembali ke tanah air mereka ketika delegasi Myanmar mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin kelompok itu.
Delegasi Myanmar, yang dipimpin oleh sekretaris tetap asing Myint Thu, mengadakan pembicaraan dengan 35 pemimpin Rohingya di Cox’s Bazar pada hari Sabtu dan Minggu di tengah ketatnya keamanan di kamp-kamp tersebut.
Para pemimpin Rohingya mengatakan mereka ingin Myanmar mengakui mereka sebagai kelompok etnis dengan hak kewarganegaraan Myanmar sebelum mereka kembali.
“Kami memberi tahu mereka bahwa kami tidak akan kembali kecuali kami diakui sebagai Rohingya di Myanmar,” Dil Mohammed, salah satu pemimpin Rohingya yang bergabung dalam pembicaraan itu, mengatakan kepada Reuters melalui telepon.
Dia juga mengatakan mereka tidak akan kembali ke Myanmar kecuali tuntutan keadilan, perlindungan internasional dan kemampuan untuk kembali ke desa dan tanah asli mereka terpenuhi.
“Kami menginginkan kewarganegaraan, kami menginginkan semua hak kami. Kami tidak mempercayai mereka. Kami akan kembali hanya jika ada perlindungan internasional, ” katanya.
“Kami akan kembali ke tanah kami sendiri … (kami) tidak ingin berakhir di tenda pengungsian.”
Pada bulan November tahun lalu, langkah formal untuk memulai proses pemulangan terhenti karena warga Rohingya tidak ada yang setuju untuk kembali ke Myanmar.
Badan pengungsi dan kelompok bantuan AS juga meragukan rencana itu karena mereka khawatir akan keselamatan Rohingya di Myanmar.
“Kami siap untuk memulai pemulangan kapan saja. Tergantung Myanmar sejauh mana bisa menciptakan lingkungan yang kondusif untuk memungkinkan Rohingya kembali ke tanah air mereka, ” kata Abul Kalam, komisaris bantuan dan repatriasi pengungsi Bangladesh.
Dengan rencana repatriasi yang sebagian besar terhenti, Bangladesh telah mempertimbangkan untuk memindahkan pengungsi Rohingya ke sebuah pulau di Teluk Bengal. Namun demikian, sejumlah pihak menyatakan kekhawatiran agenda pemindahan tersebut dapat mengarah pada krisis baru, mengingat pulau itu rentan terhadap topan.