Pagi itu wajah Rusmini kian membulat. Tampak kekesalan menghiasi rona merah pipinya. Ia terus menggerutu sendiri. Akibat jalan yang biasa ia lalui untuk berbelanja ke pasar, rusak akibat normalisasi sungai kecil yang melintas di desanya. “Iki penggaweane sopo se, kali gak opo-opo malah dikeruk, salahe oleh ngeruk dibuak pinggir dalan. Poleh mampet-mapet i saluran pembuangan seng nang kali. Durung maneh garai wong njlungup goro-goro linet e oleh buak ngawur,” gerutu Yus Rus sembari membuka warungnya. Cak Besut yang sejak pagi menunggu Rusmini pulang dari pasar sembari duduk di bale bambu, langsung menegur Yu Rus.
“Opo ae to yu isuk-isuk nggremeng ae koyok tawon ndas,” tanya Cak Besut.
“Iku loh cak, kali wes bener-bener moro-moro dikeruk, karepe opo yoan, timbang duit negoro digae barang gak tayoh lak mending digae laine seng faedah. Dalan berlubang dijarno, kali wes jeruh jek dikeduk ae, karuan oleh ngeduk kabeh, iki ora e. Seng dikeruk cuma pirang meter laine dijarno, lakar ngunu gak usah dikeruk mesisan lak wes,” gerutu Rusmini.
“Oala, kali sebelah iku ta, wes biasa iku Yu, jenenge iku proyek perawatan teko dinas terkait, lek nang Kadipaten Njomplang iku mlebu dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,” jawab Cak Besut santai.
“Lah ngunu opo kakean duit negoro to ? jenenge perawatan iku kan benakne dalan-dalan rusak, plengsengan seng perlu ditambal. Lah iku plengsengan apik malah dijebol, kali wes lancar malah dikeruk, kok gak dikeruk kabeh ben tambah lancar, kok cuma milih-milih nggon oleh ngeruk ?,” ketus Rusmini.
“Yo jenenge ae perawatan iku, ngrawat barang-barang seng apik terus dirusak ben tahun ngarep iso diajukan anggaran seng luweh gede digawe mbangun seng anyar,” canda Cak besut.
“Ouw wong semprul, ditakoni apik-apik malah njawab ngawur, tapi sek to mosok yo ngunu ancene, soale aku ngerti dewe maeng, sakdurunge kali dikeruk, plengsengane jek apik, dadak aku maeng moleh teko pasar, plengsengan apik maeng dadi jebol malahan,” jelas Rusmini Lugu.
“Wes ojo ngroweng ae gawekno kopi, karo tak ceritani sak temene proyek opo iku,” potong Cak Besut.
Apa yang dikesalkan Rusmini, menurut Cak Besut sebenarnya adalah proyek swakelola. Dalam Perpres No.16 Tahun 2018, pelaksanaan swakelola terbagi menjadi 4 bagian. Yakni Perencanaan yang dilaksanakan dan diawasi oleh penanggung jawab anggaran, Perencanaan dan pengawasan oleh penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh pelaksana swakelola, perencanaan dan pengawasan oleh penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh organisasi kemasyarakatan, dan yang terakhir perencanaan oleh penanggung jawab anggaran dan atau berdasar usulan kelompok masyarakat yang dilaksanakan serta diawasi oleh kelompok masyarakat.
Selain itu, adapula syarat-syarat tertentu agar sebuah pekerjaan bisa dilakukan dengan model swakelola. Salahsatunya yaitu dari segi nilai, lokasi, serta sifatnya tidak diminati pelaku usaha. “Nah, alasan iki biasane gawe celah oknum-oknum dinas. Mereka terlebih dulu, menyusun pada rencana umum pengadaan sebelum penyusunan anggaran,” tutur Cak Besut.
Para oknum yang memiliki inlektual tinggi dalam memanipulasi pekerjaan ini, lanjut Cak Besut, akan memasukkan dalam kerangka acuan kerja. Setelah semua clear, miliaran rupiah uang rakyat yang ada dalam APBD, dikuras habis untuk bancakan ala swakelola. Tidak akan ada yang curiga, karena nilainya dipecah kepingan-kepingan kecil, namun apabila ditelisik lebih jauh, jumlahnya pekerjaan itu mencapai ratusan dengan jumlah nilai yang cukup fantastis.
“Sampean ngerti a Yu, ngeruk kali terus linete dibuak nang pinggir dalan seng sampean maksud, jenenge proyek rehabilitasi. Nilaine sekitar 15 juta, tapi proyek-proyek semacam iku sak Kadipaten jumlahe atusan. Terus maneh setiap proyek jelas-jelas ditulisi honorarium tim pendampingan (APH). Entah APH yang dimaksud iku aparat penegak hukum ta opo aku gak paham. Tapi setiap proyek swakelola honorarium e kisaran sak jutaan. Makane kabeh aman-aman ae,” ujar Cak Besut sambil tertawa khas. Rusmini hanya terdiam tanpa bisa berkata apa-apa. Entah apa yang ia pikirkan. Ia tak mengerti arah pembicaraan Cak Besut, atau malah sebaliknya, hanya Rusmini dan Tuhan yang tahu. Sembari menyeruput kopi ala Rusmini yang semakin dingin, Cak Besut melempar pantun.
Jare Cak Besut :
Lihat balon anak bertepuk
Ketika makan minta kerupuk
Kursinya pejabat memang empuk
Kerja sedikit gaji menumpuk
* Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.