SITUBONDO,FaktualNews.co – Upaya meningkatkan produktivitas tanaman jagung di lahan kering, Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, memberikan pendampingan terhadap para petani jagung di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Kabid Program dan Evaluasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Dr Popi Rejeki Ningrum mengatakan, untuk meningkatkan hasil produksi tanaman jagungnya, para petani jagung lahan kering perlu pendampingan.
“Setelah kami identifikasi, ternyata input pupuk dan air terlalu banyak. Padahal, pupuk dan air bisa diefisiensi sesuai dengan kebutuhan tanaman. Karenanya, kami sengaja melakukan pendampingan untuk meningkatkan hasil produksi tanaman jagung milik para petani di Situbondo,” kata Dr Popi, saat panen jagung di Desa Kandang, Kecamatan Kapongan, Situbondo.
Menurutnya, untuk mengetahui kebutuhan air dan pupuk tanaman jagung di lahan kering, pihaknya mempunyai alat untuk menguji potensi lahan. Sehingga, dengan efisiensi input serta optimalisasi penggunaan air, hasilnya bisa tiga kali lipat dari biasanya.
“Kami ambil sample tanah disini, dan kami uji lapang untuk mengetahui berapa kebutuhan tanaman dan kandungan hara yang disesuaikan dengan potensi tanaman,” terangnya.
Ternyata, petani Situbondo terlalu banyak menggunakan pupuk kimia dan terlalu banyak mengairi lahannya, sehingga produktivitas jagung rendah, sedangkan modal tanamnya sangat tinggi.
“Air itu diberikan pada saat kebutuhan tanaman fase kritis. Pupuk jangan menggunakan pestisida semua. Harus 30 persen pestisida, selebihnya menggunakan pupuk organik,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo, Farid Kuntadi mengatakan, sangat sulit mengubah pola pikir petani yang cenderung menggunakan pestisida berlebihan.
“Saya berharap, tekhnologi pertanian untuk tanaman jagung ini bisa diterapkan oleh petani Situbondo,” ujar Farid Kuntadi.
Menurutnya, kondisi lahan kering seperti di Situbondo, perlu penambahan pupuk organik. Apalagi, petani sudah mendapatkan Bimtek dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, cara membuat pupuk organik.
“Petani yang ikut Bimtek sudah dilatih bagaimana memproses bahan baku kotoran hewan menjadi pupuk organik,” kata Farid.
Lebih jauh, pihaknya mengatakan, produktivitas jagung di Situbondo berkisar antara 5 sampai 6 ton per hektar. Namun, jika petani menerapkan teknologi dari Balai Besar, maka bukan tidak mungkin produktivitas jagung meningkat hingga tiga kali lipat dari biasanya.
“Terbukti, setelah kita coba menerapkan teknologi dari balai besar untuk pertama kalinya. Hasilnya, produktivitas jagung bisa mencapai 10 ton per hektar,” pungkasnya.