LAMONGAN, FaktualNews.co – Mengantar dan menunggui anak di sekolah bisa jadi adalah rutinitas yang membosankan. Sering kali waktu senggang itu terbuang percuma hanya untuk ngobrol, merumpi bahkan bergunjing.
Nah, ibu-ibu di Lamongan ini menemukan cara untuk mengatasinya. Mereka merancang kegiatan bermamfaat di sela-sela menunggu anak mereka bersekolah di PAUD dan TK.
Perempuan warga Desa Ardirejo, Kecamatan Sambeng, Lamongan ini tak sekedar menunggui anak sekolah, mereka berkreasi dengan membuat beragam kerajinan tangan berbahan utama daun pandan.
Seperti yang dituturkan salah satu wali murid, Tatik Setyowati. Sambil menunggu anaknya sekolah, dia bersama ibu-ibu membuat berbagai jenis dan varian kerajinan, misalnya tas, dompet, sandal, tempat tissu. Ada juga ragam kerajinan unik lainnya seperti miniatur pesawat, gedung bertingkat, rumah adat dan juga kapal pinisi.
“Daripada hanya sekedar duduk-duduk saja tanpa hasil, lebih baik seperti ini. Kita bisa membuat kerajinan dan bisa menambah uang belanja,” kata Tatik, salah satu wali murid taman belajar PAUD dan TK Fastabikhul Khoirat, Kamis (15/08/2019)
Kepala Sekolah kepala sekolah PAUD dan TK Fastabikhul Khoirat, Sri Utami menyatakan gembira inisiatif soal kreasi tersebut disambut antusias oleh ibu-ibu wali murid.
“Selain untuk menunggu anak-anak mereka belajar, mengisi waktu luang dengan kegiatan ini ibu-ibu juga bisa menambah penghasilan bagi keluarga,” kata Sri Utami.
Menurut Sri, daun pandan banyak ditemukan di desa mereka. Selama ini daun pandan hanya dimanfaatkan warga untuk dijadikan anyaman tikar yang harganya relatif murah, tidak sebanding dengan proses pembuatannya yang memakan waktu lama.
Alasan lainnya, kata Sri, daripada hanya sekedar menunggui anak-anak mereka tanpa kegiatan, alangkah lebih baiknya kalau diisi dengan kegiatan yang membawa manfaat. “Desa ini merupakan penghasil utama daun pandan terbesar yang ada di Lamongan,” aku Sri.
Dengan membuat handicraft ini, menurut Sri, tanaman pandan milik warga desa bisa lebih bisa dimanfaatkan. Pula, lanjut Sri, handricraft ini diharapkan mampu mendongrak nilai jual pandan melebihi kerajinan tikar.
Hasil kerajinan unik ini, terang Sri, selama ini sudah banyak diminati warga sekitar desa mereka, namun belum sampai keluar kota. “Harganya pun tergolong murah, mulai Rp. 50 ribu hingga Rp. 100 ribu, tergantung jenis dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya,” papar Sri.