FaktualNews.co

Ritual Pengibaran Bendera Raksasa Gunung Penaggungan

Besok, Bendera Sepanjang 200 Meter Bakal Berkibar di Puncak

Gaya Hidup     Dibaca : 1858 kali Penulis:
Besok, Bendera Sepanjang 200 Meter Bakal Berkibar di Puncak
FaktualNews/Istimewa
Dokumentasi proses pengibaran bendera merah-putih di puncak gunung Penanggungan pada tahun 2018.

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Memiliki ketinggian 1.653 mdpl, Gunung Penanggungan di Mojokerto disebut-sebut sebagai lokasi yang tepat bagi para pendaki pemula, sehingg selalu menjadi jujukan para pecinta alam untuk merayakan HUT Kemerdekaan RI.

Hampir setiap tahun pada momen 17 Agustus, Gunung Penanggungan penuh sesak dipadati oleh ribuan pendaki dari bergabai wilayah. Selain puncaknya tidak terlalu tinggi, ongkos untuk mendaki gunung ini juga cukup terjangkau.

Jalur pendakian yang paling banyak dilalui adalah Desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas, Mojokerto. Jalur yang dikelola Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sumber Lestari ini lebih aman dan cepat. Sehingga para pendaki pemula tak segan untuk menjajalnya.

Pada momen 17 Agustus 2019 di puncak gunung Penanggungan bakal dilaksanakan upacara pengibaran bendera sepanjang 200 meter oleh salah satu Komunitas pencinta alam Team Stress Adventure (Tsaindonesia_offcial).

Sekretaris LMDH Sumber Lestari Khoirul Anam mengatakan, jalur pendakian Tamiajeng dibuka sejak 2003 silam. Jalur ini menjadi satu-satunya yang mempunyai 4 pos pendakian menuju ke puncak Gunung Penanggungan, atau yang biasa disebut Puncak Pawitra.

Pos 1 sekaligus menjadi tempat registrasi pendaki berada di Desa Tamiajeng pada ketinggian sekitar 650 mdpl, pos 2 pada ketinggian 700 mdpl, pos 3 sekitar 750 mdpl, sedangkan pos 4 pada ketinggian 850 mdpl. Para pendaki bisa melepas lelah di setiap pos.

“Kalau melalui jalur Kedungudi dan Seloliman lebih lama. Setelah kebakaran tahun lalu, jalur tertutup semak-semak. Utamanya di Seloliman banyak situs purbakala, jalurnya membingungkan karena bercampur jalur ke situs,” ungkapnya, Jum’at (16/8/2019).

Ia menjelaskan, jalur Tamiajeng banyak dilalui pendaki karena dinilai paling aman dan cepat untuk mencapai puncak Gunung Penanggungan di ketinggian 1.653 mdpl. Dari pos 1 sampai ke Puncak Bayangan sekitar 1.200 mdpl, hanya dibutuhkan waktu 3 jam.

Sementara dari Puncak Bayangan ke puncak Pawitra waktu tempuhnya sekitar 2 jam. Tak ayal rute ini menjadi favorit bagi para pendaki pemula.

“Kalau mendakinya santai paling lama enam jam sudah sampai Puncak Pawitra,” ujarnya.

Tidak hanya itu, Tamiajeng juga menjadi jalur yang paling mudah bagi para pendaki untuk mencapai Puncak Bayangan. Di tempat ini terdapat tanah lapang yang biasa digunakan para pecinta alam untuk berkemah dan menggelar upacara HUT Kemerdekaan RI. Daya tampungnya mencapai 500 tenda atau sekitar 2 ribu pendaki.

“Puncak Bayangan berada di arah barat daya hanya bisa diakses melalui jalur Tamiajeng. Jalur lainnya tidak melalui Puncak Bayangan. Di tempat ini bisa menikmati sunrise maupun sunsite juga pemandangan wilayah Mojokerto dari ketinggian. Padang savananya juga bagus,” terang Anam.

Tahun lalu, lanjut Anam, sekitar 3.600 pendaki merayakan HUT Kemerdekaan RI di Gunung Penanggungan. Upacara detik-detik proklamasi digelar bersamaan, baik di Puncak Bayangan maupun Pawitra. Bahkan para pecinta alam membentangkan bendera merah putih sepanjang 200 meter dari Puncak Bayangan menuju ke puncak Penanggungan.

“Para pendaki datang dari hampir semua daerah di Jatim. Paling banyak dari Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Malang, Jombang dan Mojokerto,” ungkapnya.

Jalur pendakian Tamiajeng juga selalu dipantau oleh petugas LMDH Sumber Lestari dan relawan SAR Penanggungan. Setiap hari selama 24 jam terdapat 10 petugas yang memantau di 4 pos pendakian dan Puncak Bayangan. Secara keseluruhan terdapat 24 personil SAR yang siap membantu pendaki yang mengalami kondisi darurat.

“Personil kami sudah terlatih. Kalau acara besar seperti HUT Kemerdekaan RI biasanya kami dibantu PMI Kabupaten Mojokerto dan LPBI NU,” tandasnya.

Penanggungan juga menjadi gunung suci bagi umat Hindu dan Budha. Terdapat ratusan situs purbakala di tubuh gunung ini. Situs-situs tersebut antara lain berupa candi, punden berundak, gapura dan goa yang dibangun sebelum era Majapahit abad 10 masehi sampai Majapahit akhir abad 15 masehi. Gunung ini ditetapkan sebagai Cagar Budaya Peringkat Provinsi sejak Januari 2015.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh