MOJOKERTO, FaktualNews.co – Menggelar upacara di gunung telah menjadi tradisi bagi para pecinta alam. Antara lain dilakukan di Puncak Gunung Pawitra atau biasa disebut Gunung Penanggungan.
Atas inisiatif pribadi dan kelompok, mereka mengibarkan bendera merah putih, guna memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan ke-74.
Di gunung dengan ketinggian 1.653 mdpl (meter di atas permukaan laut), ribuan pendaki dan masyarakat memadati puncak gunung. Mereka menggelar upacara pengibaran bendera merah putih sepanjang 200 meter.
Mereka rela berdesak desakan sejak di loket tiket masuk atau Pos 1 pendakian melalui Desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas, Mojokerto.
Mereka mulai naik sejak Jumat (16/08/2019) malam, ribuan pendaki dari berbagai daerah di Jawa Timur telah memadati jalur pendakian.
Sabtu pagi, ribuan pendaki telah memadati puncak Bayangan dan puncak Gunung Pawitra.
Layaknya upacara seperti biasa, beberapa tahap prosesi upacara berlangsung secara lancar. Meski terlihat berbeda dengan upacara seperti biasanya karena lokasinya berada di atas ketinggian.
Sebelum prosesi upacara dimulai, bendera raksasa berukuran lebar lima meter lebih dan panjang 200 meter di arak terlebih dahulu dari puncak bayangan. Ribuan pendaki kompak bersama-sama mengusung hingga ke puncak Pawitra.
Anam Budi Prasetyo, Ketua Umum Team Stress Adventure Indonesia, selaku penyelenggara mengatakan, pada upacara bendera di Puncak Gunung Pewitra kali ini diikuti 2 ribu lebih pendaki dan berbagai komunitas seluruh Indonesia.
“Ada dua upacara bendera di Gunung Pewitra. Satu di puncak Bayangan, diikuti 2 ribu pendaki. Satunya lagi di puncak Pawitra sendiri, juga diikuti 2 ribu pendaki,” kata Anam Budi Prasetyo.
Untuk bendera sepanjang 200 meter, sambung Anam Budi, dibagi secara terputus-putus mulai berukuran 50 meter dan seterusnya.
Menurutnya, upacara bendera untuk memperingati HUT Kemerdekaan tahun ini merupakan yang kelima kalinya digelar Team Stress Adventure Indonesia, bersama komunitas lain. Tujuannya tidak lain untuk menanamkan jiwa nasionalisme kepada para pendaki.
Dalam upacara bendera di puncak Pawitra kali ini, diikuti komunitas pecinta alam di seluruh Indonesia.
“Ada yang dari Bukit Tinggi, Bali, Jakarta. Termasuk teman-teman Resimen Mahasiswa beserta dari AL dan AD yang menjadi pimpinan upacara,” jelasnya.
Dia menjelaskan, persiapan upacara bendera di Puncak Gunung Pewitra sudah sejak jauh jauh hari.
“Karena kita hampir tiap tahun melakukannya di sini. Jadi untuk persiapan kita hanya membutuhkan koordinasi untuk mempersiapkan lokasi, sehingga selama upacara bisa lancar,” tuturnya
Koordinator SAR Penanggungan, Nur Aini (akrab disapa Cak Rul) mengatakan, jika dihitung sejak Jumat (16/8/2019) jumlah pendaki yang naik ke Puncak Gunung Penanggungan mencapai 4000 lebih.
“Jumlah itu bisa dilihat dari daftar setiap pendaki yang mengisi daftar masuk, mulai dari para pendaki yang datang sendiri hingga berkelompok,” jelasnya
Menurutnya, jumlah pendaki selalu naik pada saat momen 17 Agustus jika dibandingkan hari-hari biasa maupun hari libur.
“Sebab banyak pendaki yang ingin mengikuti upacara bendera di Puncak Pawitra,” sebutnya.
Jalur pendakian yang paling banyak dilalui adalah di Desa Tamiajeng, Trawas, Mojokerto.
Jalur yang dikelola Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sumber Lestari ini lebih aman dan cepat. Sehingga para pendaki pemula tak segan menjajalnya.
Jalur ini menjadi satu-satunya yang mempunyai 4 pos pendakian menuju ke puncak Gunung Penanggungan atau Puncak Pawitra.
Pos 1 sekaligus menjadi tempat registrasi pendaki berada di Desa Tamiajeng pada ketinggian sekitar 650 mdpl.
Kemudian pos 2 pada ketinggian 700 mdpl, Pos 3 sekitar 750 mdpl, sedangkan pos 4 pada ketinggian 850 mdpl. Para pendaki bisa melepas lelah di setiap pos.