SURABAYA, FaktualNews.co – Dalam hidup keseharian selalu saja ada kesalahan yang kita perbuat kepada orang lain, meskipun itu sebenarnya tidak kita inginkan. Demikian sebaliknya, ada saja orang yang berbuat salah kepada kita.
Tindakan paling lazim pasca adanya kesalahan adalah maaf. Meminta maaf dan memaafkan. Nah, pernahkah Anda mengalami ternyata memaafkan itu terasa berat di hati?
Berikut ini ulasan tentang 5 musabab mengapa kita sulit memaafkan.
Terbiasa mengenang masa lalu
Ketika seseorang berbuat salah pada kita di masa lalu, mungkin kita mengingat dan memutar kejadian itu di otak terus menerus.
Kita mungkin mengulang-ulang terus kejadian itu di pikiran selama berjam-jam. Bahkan mungkin kita berkhayal kembali lagi ke masa lalu, memikirkan apa yang seharusnya dilakukan saat itu.
Kita mungkin sempat melupakan kejadian itu beberapa lama, tapi saat kita melihat bagaiama dia tersenyum di instagram, atau berpapasan dengan dia di jalan, rasa kesal itu hadir lagi.
Memaafkan terasa sulit ketika kita memiliki kebiasaan mengungkit luka lama. Luka yang dikorek terus pasti sembuhnya lama, bukan?
Sebenarnya, suatu kejadian yang tidak mengenakkan hanya melukai kita sekali saja, yaitu waktu kejadian. Bahkan mungkin terjadinya hanya sebentar. Tapi ketika kita mengenangnya terus menerus, menceritakannya kepada orang lain, sambil terus menyalahkan si pelaku, maka memaafkan jadi sulit dilakukan.
Kita merasa berhak marah
Ketika seseorang menyalahi kita, adalah wajar bila yang muncul adalah rasa marah. Apalagi bila kesalahannya agak fatal, dan orang-orang di sekitar kita setuju bahwa kita adalah korban, marah rasanya adalah respon paling tepat.
Tapi sayangnya, hanya karena anggapan marah adalah respon wajar, kadang-kadang orang memilih untuk terus menerus marah pada si pembuat kesalahan.
Ego tinggi membuat sulit memaafkan
Kadang seseorang memiliki ego sedemikian tinggi, sampai-sampai sulit berempati pada orang lain.
Saat seseorang berbuat salah pada kita, mungkin kita begitu tersakiti, sampai bahkan tidak mau mendengar penyesalan dan kata maaf. Kita merasa sangat berhak untuk tidak memaafkan, hanya karena kita merasa sepantasnya diperlakukan lebih baik.
Atau kita mungkin senang playing victim, karena ini membuat kita lebih diperhatikan dan menjadi pihak yang dianiaya.
Egoisme tinggi membuat orang enggan mendengar alasan dan permintaan maaf. Ego yang tinggi membuat seseorang bisa merasa sedemikian spesial, sampai-sampai tidak memaafkan adalah hukuman paling pantas untuk mereka yang pernah bersalah terhadapnya.
Si pelaku tidak merasa menyesal
Alasan lain kenapa sulit memaafkan adalah si pelaku kesalahan sama sekali tidak menampakkan rasa penyesalan.
Kita sudah berusaha memaafkan kesalahan dia, kita tidak mengungkit-ungkit, tapi dia mentang-mentang sudah dimaafkan malah mengulangi kesalahannya.
Bisa jadi pelaku meminta maaf, tapi itu dilakukan secara ogah-ogahan hanya demi menyelamatkan muka di depan banyak orang.
Hal-hal demikian sering kali membuat kita lebih memilih tidak memaafkan dia, walaupun kita tahu itu sebenarnya menyakiti diri sendiri.
Kita merasa berhak balas dendam
“Nyawa dibalas nyawa” mungkin adalah slogan banyak orang.
Kita merasa bila seseorang menyinggung perasaan, kita berhak balas menyinggung perasaannya. Bila antrian kita diserobot, kita merasa berhak marah.
Kebiasaan seperti iti bisa membuat kita sulit memaafkan kesalahan orang. Kita merasa bahwa setiap kesalahan wajib dihukum. Kita jadi terdorong untuk membalas kesalahannya, dan tidak berhenti sampai dendam terbayar lunas.
Yang menjadi masalah adalah bila si orang yang salah ini tidak merasa bersalah. Akhirnya, dia tidak rugi, kita yang stres gara-gara menyimpan dendam.