FaktualNews.co

Peringatan HUT RI ke 74

Sisi Lain Upacara Bendera Mantan Teroris dan Kombatan

Nasional     Dibaca : 840 kali Penulis:
Sisi Lain Upacara Bendera Mantan Teroris dan Kombatan
FaktualNews/Ahmad Faisol
Upacara bendera peringatan HUT RI ke 73 di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Sabtu (17/8/2019).

LAMONGAN, FaktualNews.co – Mantan narapidana teroris (Napiter) dan mantan kombatan yang bernaung di Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) pimpinan Ali Fauzi Manzi, menggelar upacara bendera 17 Agustus 2019 dalam rangka HUT RI di Desa Tenggulun, Kecamatam Solokuro, Kabupaten Lamongan.

Tak hanya Upacara bendera, ratusan mantan teroris beserta keluarganya juga berikrar setia pada NKRI.

Apa yang mereka rasakan selama mengikuti prosesi upacara?

Ustad Sumarno yang kebagian menjadi perwira mengaku tertekan. Bukan tertekan soal mengakui Indonesia sebagai negarnya dan Pancasila sebagai falsafah hidupnya. Dia tertekan karena baru pertama kali dalam hidupnya ia menjadi seorang perwira upacara.

“Terlalu tertekan karena persiapan yang kurang, beruntung dalam waktu satu minggu latihan hasilnya sedikit optimal saat pelaksanaan,” katanya usai upacara, Sabtu (17/08/2019) siang.

Meski mendapat ilmu baru, mantan Napiter yang ditahan karena kepemilikan senjata ini sangat was-was karena sebelumnya tidak pernah menjadi petugas upacara dan disaksikan banyak orang.

“Saat laporan, susah mengucapkan kata upacara peringatan, karena dulu mengucapkan Republik Indonesia saja tidak pernah, repot, dan lebih mudah menghafal tulisan arab,” ungkap Sumarno, mantan Napiter bom bali 1 yang dulu bertugas sebagai pengirim racikan bahan peledak ke bali.

Kepada FaktualNews Sumarno menitip pesan buat teman-temannya untuk kembali pada NKRI. Dan tidak lagi ‘bermain-main’ senjata. Kita tunggu instruksi Imam atau pemimpin .

“Kita ini ada imam atau pemimpin dan pemimpin itu bagi kita tidak lain adalah Presiden Republik Indonesia. Kapan ada perintah angkat senjata kapan tidak ada perintah, (komando presiden) itu yang kita tunggu,” tegas Sumarno.

Sementara itu, Hamim Tohari, petugas pembaca Ikrar Kesetiaan Kepada NKRI yang pernah ditangkap pada Januari 2003, ditemui usai upacara menegaskan, negara menjadi tanggung jawab bersama.

“Saya merasa bahwa negara kita ini tanggung jawab untuk kita menjaganya,” kata pria yang pernah mendekam 5 tahum di penjara ini.

Seperti Sumarno, Hamim Tohari menitip pesan untuk rekan-rekannya yang belum bergabung. “Mari kita ciptakan persatuan menuju indonesia lebih bagus, lebih kondusif dan aman,” pesan Napiter bom bali 1.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh