Polsek Wonokromo Diserang, Ini Komentar Mantan Napi Teroris Ali Fauzi di Lamongan
LAMONGAN, FaktualNews.co – Polsek Wonokromo diserang terduga teroris, bernama Imam Mustafa (30) asal Madura yang indekos di Jalan Sidosermo IV Gang I nomor 10A Surabaya, Sabtu (17/8/2019).
Saat ini pelaku diamankan Densus 88 Anti teror usai melukai polisi petugas piket Aiptu Agus, anggota SPKT Polsek Wonokromo dan anggota piket reskrim Briptu Febian dengan senjata tajam.
Insiden tersebut mendapat komentar mantan narapidana terorisme (napiter) Ali Fauzi.
Ali Fauzi yang lihai merakit bom saat bergabung Jamaah Islamiyah (JI) mengatakan, penyerangan kemarin dilakukan teroris serigala penyendiri (lone wolf) atau aktor penyendiri dan yang disiapkan melakukan tindak kekerasan sendirian.
“Serigala penyendiri ini di luar struktur komando apapun dan tanpa bantuan material dari kelompok manapun,” kata Ali Fauzi, Minggu (18/08/2019).
Teror di Polisi Wonokromo, menurut ustad Ali, hanya asal bisa membunuh polisi, asal bisa berjihad, asal bisa melaksanakan perintah mentornya, asal bisa mati ditembak polisi dan asal bisa masuk masuk penjara dijerat pasal teroris.
“Pelaku penyerangan seperti itu hanya asal-asalan saja,” terang Ali Fauzi.
Ancaman teroris saat ini, menurutnya tentu masih ada, tidak ada yang bisa menjamin ke depan soal terorisme.
“Karena jaringan-jaringan masih ada, perekrutan masih terus berjalan dan secara diam-diam mereka masih terus membangun jaringan,” kata adik kandung Amrozi, terpidana mati bom Bali.
Kombatan jebolan Afganistan ini menjelaskan, teror yang terjadi saat ini adalah kelompok underground, jadi tidak mudah bagi polisi untuk mengungkap. Perlu waktu dan timing harus tepat.
Terkait penangkapan teroris di Solo kemarin, Ali Fauzi menjelaskan, itu pengembangan dari penangkapan bebebrapa pekan lalu.
Ada grupnya Pras Wijayanto, kata Ali Fauzi, terus polisi melakukan pengejaran terhadap jaringan-jaringan yang masih ada di Indonesia.
“Kalau yang bermain kelompok itu, bisa lebih berbahaya, akan banyak korban. Sebab mereka punya kemampuan individual yang bagus, bukan asal-asalan,” jelas ketua Yayasan Lingkar Perdamaian.
Ditambahkan, mereka tentu tidak berdiri sendiri, ada link dengan jaringan yang sudah ada.
“Seperti jaringan ISIS, jaringan Jamaah Islamiyah yang belakangan ini ada sekitar 15 orang yang ditangkap Polri dan tentu ini juga menarik untuk diperhatikan,” kata Ali Fauzi.
Dikatakan, JI sudah lama mati, namun tiba-tiba muncul lagi dan ada penangkapan di Ngawi, magetan dan Kalimantan juga ada.
Untuk menanggulangi radikalisasi, menurutnya, tidak mudah. Karena memang perang terhadap ideologi itu tidak mudah, perlu strategi yang baik, metode yang bagus.
Dan yang terpenting, tegasnya, adalah melibatkan tokoh masyarakat, tokoh pemuda, untuk kemudian sama-sama mereduksi pemikiran-pemikiran radikal.
“Kendalanya, belum ada ilmu di masyarakat untuk identifikasi. Masyarakat masih banyak yang menduga ini operasi intelijen, ini pengalihan isu dan lain-lain. Padahal ini dilakukan kelompok yang ingin menggulingkan NKRI,” papar Ali Fauzi.