Festival Paralayang Nasional di Bukit Tunggangan Trenggalek, Munculkan Bibit Atlet
TRENGGALEK, FaktualNews.co – Sekitar 70 peserta paralayang dari berbagai daerah, ikuti dalam festival paralayang tingkat nasional di Trenggalek. Acara tersebut digelar pada Jum’at hingga Minggu (23-25/8/2019) di Bukit Tunggangan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur,
Para peserta yang hadir, selain dari Jatim, ada juga peserta dari Jawa Barat, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, hingga Sulawesi.
Dalam Festival tersebut, ada enam kelas yang diperlombakan untuk junior, senior, overall, dan veteran. Kelas yang diperlombakan meliputi ketepatan mendarat, serta keindahan terbang dan tematik.
Dengan digelarnya Festival tersebut, diharapkan muncul bibit-bibit atlet paralayang di Kabupaten Trenggalek.
Bupati Trenggalek, M.Nur Arifin mengatakan, even paralayang tingkat nasional ini, bisa menjadi tonggak kebangkitan desa-desa lain untuk membentuk kawasan wisata.
“Festival ini memang terselenggara di Trenggalek, dengan harapan akan bermunculan bibit-bibit atlet paralayang di Trenggalek,” ungkapnya. Sabtu (24/8/2019).
Dikatakan Arifin, ia juga berencana untuk menyumbangkan beberapa parasit untuk latihan calon-calon atlet di bukit Tunggangan.
“Sehingga para calon atlet paralayang bisa berlatih dengan baik dan kedepan bisa mengikuti kejuaraan tingkat provinsi, nasional bahkan internasional,” tuturnya.
Ditambahkan Arifin, pada pagelaran Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Salah satu atlet dari Kabupaten Trenggalek berhasil meraih juara tiga untuk salah satu kategori paralayang yang diperlombakan.
Sementara, Yudho Nugroho, Perwakilan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jatim, yang menangani pembinaan dan prestasi mengatakan, bantuan parasut bagi calon atlet sangat membantu bagi pembinaan calon atlet.
“Dengan adanya bantuan parasut, maka dipastikan para calon atlet mau berlatih terbang sehari sepuluh kali pun tinggal take off, landing,” katanya.
Dijelaskan Yudho, dengan adanya atlet yang sudah berprestasi, ia optimistis Trenggalek, bisa menelurkan atlet-atlet paralayang lain.
“Tinggal pengembangannya. Atlet tidak hanya berprestasi, tapi lisensinya harus meningkat, jam terbangnya juga harus bertambah, dan lain-lain,” jelasnya.
Menurut Ega Wahyu Saputra salah satu perseta paralayang kelas junior asal Durenan, Bukit Tunggangan Trenggalek diakui memang sangat istimewa.
Ega juga mengaku bahwa sudah berkali-kali “menaklukan” Bukit Tunggangan yang berada diketinggian sekitar 250 meter dari dasar daratan tanah.
“Selama ini, kendala untuk terbang di sana hanya soal angin. Waktu paling aman untuk bermain paralayang antara pagi hingga sekitar pukul 10.00 WIB. Kalau setelah itu sampai jam 12.00 WIB, anginnya kencang. Susah untuk kami buat paralayang,” katanya.