MOJOKERTO, FaktualNews.co – Keluarga dari Muhammad Aris (20), berharap Muhammad Aris mendapatkan perawatan atau rehabilitasi di rumah sakit jiwa karena kondisinya yang dianggap tidak Normal.
Mohammad Aris adalah terpidana hukuman kebiri kimia karena dinilai terbukti sebagai pemerkosa 9 anak di bawah umur.
Selain berharap Aris mendapat terapi di rumah sakit, keluarga juga tidak sepakat atas hukuman kebiri kimia yang dijatuhkan kepada Aris.
Aris, dijatuhi hukuman kebiri kimia oleh PN Mojokerto karena diniai terbukti memperkosa 9 anak sejak tahun 2015 lalu. Selain itu, pemuda asal Dusun Mengelo, Desa/Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto itu dikenai hukuman 12 tahun penjara.
“Keluarga tidak setuju atas hukuman kebiri kimia yang dijatuhkan kepada adik saya,” ungkap Sobirin (33) kakak kandung dari Aris di kediamannya Dusun Ngelo, Selasa (27/08/19).
Menurut Sobirin, hukuman kebiri seharusnya tidak diberikan yang diberikan kepada anak terakhir dari empat bersaudara itu, karena kondisi Aris yang dianggap tidak normal. Keluarga berharap Aris mendapatkan rehabilitasi.
“Kondisi adik saya ini tidak normal. Setahu saya, kalau orang yang tidak seratus persen (tidak normal) itu ada hukumannya sendiri. Kalau dia ini normal tak mungkin melakukan hal semacam ini,” kilah Sobirin.
Diketahui, sebelum hukuman kebiri dijatuhkan kepada Aris, polisi bersama pihak dokter sudah melakukan tes kejiwaan dan hasilnya dinyatakan normal.
“Saya masih ingat, patokan dokter pada saat menyatakan adik saya normal itu hanya bisa naik sepeda motor. Karena adik saya bisa naik motor dia dianggap normal. Padahal naik motor itu diajari teman di tempat kerjanya, bukan dari keluarga,” tambahnya.
Padahal juga, lanjut Sobirin, dalam kesehariannya, Aris oleh masyarakat sekitar dianggap memiliki kelainan alias tidak normal.
Dia mencontohkan, di saat Aris tidak ada tenan, Aris sering berbicara sendiri.
“Yang paling sering itu dia tiduran di teras, kemudian bermain mobil-mobilan dan berimajinasi film Kartun Naruto. Ya, bersikap seperti anak kecil. Di tengah masyarakat saja dia dikucilkan mangkanya dia temannya banyak dari luar,” jelasnya.
Dijelaskan, Aris anak terakhir dari empat bersaudara, yang sejak kecil dia memlih tidak melanjutkan sekolah.
“Kelas VI SD dia sudah memilih putus sekolah karena faktor keuagan dan dia juga sudah tak berminat lagi. Sampai usia 20 saja dia tidak bisa baca tulis,” tuturnya.
Dari empat bersaudara, Aris dan dua kakaknya memiliki sifat yang hampir sama.
“Dari empat bersaudara, hanya saya (anak pertama) yang normal bisa tegas. Aris dan dua kakaknya yang nomor 3 dan dua itu hampir sama, mereka juga sedikit tidak normal,” ucap Sobirin.
Sejak ditinggal ibundanya meninggal lima tahun lalu, keluarga bercerai-berai sehingga keluarga maupun anak-anak tidak terkontrol.
Saat ini, keluarga hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Aris. “Semoga dia tidak jadi dikebiri, melainkan bisa mendapatkan pengobatan agar cepat sembuh,” katanya berharap.