Sosial Budaya

Jamasan Pusaka, Tandai Rangkaian Prosesi Puncak Peringatan Jadi Trenggalek ke-825

TRENGGALEK, FaktualNews.co-Pemkab Trenggalek melaksanakan jamasan pusaka, Kamis (29/8/2019).  Kegiatan ini dilakukan sebelum prosesi puncak peringatan Hari Jadi ke-825 Kabupaten Trenggalek.

Ada beberapa pusaka yang dilakukan jamasan di Pendopo Manggala Praja Nugraha Trenggalek.

Setelah dilakukan jamasan, pusaka akan diarak mulai dari Desa Kamulan, Kecamatan Durenan menuju Trenggalek pada 31 Agustus mendatang.

Arak-arakan sengaja dimulai dari Kamulan. Sebab Kamulan memiliki sejarah tempat pertama kalinya ditemukan prasasti yang menandai usia dari Kabupaten Trenggalek.

“Sebelum prosesi puncak Hari Jadi Trenggalek ke-825, semua pusaka akan diarak mulai dari Kamulan menuju Pendopo. Namun terlebih dulu dilaksanakan prosesi jamasan dan selanjutnya pusaka dimalamkan di Kamulan,” ungkap M Nur Arifin Bupati Trenggalek.

Disampaikan Arifin, setelah dimalamkan di Kamulan, pada 31 Agustus tepat Hari Jadi Trenggalek ke 825, pagi harinya pusaka akan diarak menuju pendopo. Kamulan merupakan titik awal kirab pusaka.

Dijelaskan pula, Kamulan atau bisa disebut Sendang Kamulyan, dahulu merupakan tempat pertama kali ditemukannya prasati yang menandai umur Trenggalek, yang saat ini telah berusia 825 tahun.

“Setelah prosesi jamasan, kali ini juga akan dilaksanakan ziarah ke makam leluhur Bupati Trenggalek terdahulu,” tuturnya

Arifin juga mengatakan, pada pelaksanaan arak-arakan nanti yang di arak bukan hanya pusaka, namun juga ada tumpeng dan polo pendem.

Selain itu, juga ada air yang diambil dari sumber atau mata air yang ada di setiap kecamatan. Jadi simbolnya adalah selain mempunyai jiwa kepahlawanan, juga jiwa yang diperjuangkan oleh kepahlawanan itu jangan sampai dilupakan.

“Simbol tersebut merupakan wujud rasa syukur kepada Tuhan. Dengan harapan jangan sampai Trenggalek kurang pangan, air dan kebutuhan lainnya,” jelasnya.

Ditambahkan Arifin, dalam rangkaian pelaksanaan kegiatan tersebut, pihaknya juga akan membagikan pupuk kepada masyarakat.

“Karena jika bicara Trenggalek, 60 persen masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Sehingga itu merupakan upaya mensejahterakan petani di Trenggalek,” pungkasnya.