Sosial Budaya

Diduga Candi Dibangun Hayam Wuruk Untuk Ibunya

Ekskavasi Petilasan Tribhuwana Tunggadewi

MOJOKERTO, FaktualNews.co –  Ekskavasi selama 12 hari yang dilakukan oleh BPCB Jawa Timur, di petilasan Tribhuwana Tunggadewi di Desa Kliterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, berhasil menganalisa bentuk dan fungsi bangunan kuno yang terpendam bertahun tahun.

Bangunan tersebut di sebut sebagai peninggalan Majapahit berupa candi yang dibangun Raja Hayam Wuruk untuk mendarmakan ibunya, Ratu Tribhuwana Tunggadewi.

Selama puluhan tahun, situs purbakala di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto ini hanya disebut petilasan Ratu Majapahit, Tribhuwana Tunggadewi.

Tribhuwana merupakan putri dari Raden Wijaya, raja pertama Majapahit. Selama itu pula, benda cagar budaya yang menjadi perhatian di petilasan Tribhuwana Tunggadewi hanya berupa yoni.

Arkeolog Universitas Negeri Malang (UNM), Ismail Lutfi mengatakan, melihat hasil akhir terutama di sektor barat, ada kecenderungan pola dasar bangunan mirip ada di candi lain.

“Hasil akhir hari ini, terutama di sektor barat, ada kecendrungan pola dasar bangunan ini mirip dengan Candi Penataran dan Candi Jago. Jadi, untuk masuk ke candi utama ada dua jalan yang berdampingan. Hanya saja kami baru menemukan satu di bagian barat,” kata Ismail, Sabtu (31/8/2019).

Ia menjelaskan, candi Tribhuwana Tunggadewi ini dibangun tahun 1294 saka atau 1372 masehi. Karena angka tahun tersebut terukir pada salah satu sisi yoni. “Pembangunannya pada eranya Hayam Wuruk, putra dari Tribhuwana Tunggadewi,” ungkap Ismail.

Menurut Ismail, candi ini dibangun Raja Hayam Wuruk sebagai kuil untuk mendarmakan ibunya, Ratu Tribhuwana Tunggadewi. Seperti yang diketahui, Tribhuwana wafat pada 1372 masehi.

“Angka tahun ini (1294 saka) tidak berhubungan dengan orang hidup, tapi siapa yang dimuliakan di sini. Sehingga muncul tafsiran awal dulu, bangunan ini dikaitkan dengan ibunya Hayam Wuruk, Tribhuwana Tunggadewi,” terangnya.

Penggunaan perpaduan bahan batu andesit dan bata merah di Candi Tribhuwana Tunggadewi, kata Ismail merupakan hal yang lazim. Baik pada zaman Kerajaan Majapahit, maupun sebelumnya.

“Tapi kita punya bukti kuat bahwa dalam proses ekskavasi restorasi candi, tidak pernah menemukan di dalam candi ada sisa-sisa jenazah. Dulu diprabukan tidak selalu ditanam. Kalaupun ditanam itu ada pertanyaan, itu abu manusia, tanaman atau binatang,” katanya.

Pihaknya tidak pernah melakukan secara laboratorium sehingga sangat lemah argumen terkait jasad saat dibakar atau ditanam di candi. Karena tidak ada bukti secara akademis sehingga sementara ini, memang candi sebagai tempat pemujaan.

Ekskavasi kali ini baru menjadi tahap pertama untuk menyingkap seluruh bagian Candi Tribhuwana Tunggadewi. Penggalian arkeologi tahap kedua akan digelar tahun depan. Rencananya, para arkeolog akan menggali sisi selatan dan tenggara yang kini masih terpendam bangunan petilasan.