FaktualNews.co

Tingkat Kebocoran Sumber Air di Pasuruan Mengkhawatirkan

Sosial Budaya     Dibaca : 1406 kali Penulis:
Tingkat Kebocoran Sumber Air di Pasuruan Mengkhawatirkan
FaktualNews.co/Abdul Aziz/
Kegiatan workshop dan diskusi program dan peran nyata stakeholder untuk water sustainability Gunung Arjuna di kawasan Tamandayu, Pandaan, Kamis (5/9/2019) sore.

PASURUAN, FaktualNews.co – Tingkat kebocoran sumber air di Kabupaten Pasuruan, menjadi pembahasab serius pakar air, aktivis lingkungan dan pemerintah dalam workshop dan diskusi bertajuk program dan peran nyata stakeholder untuk water sustainbility Gunung Arjuna, di Tamandayu, Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Kamis (5/9/2019) sore.

Dalam diskusi itu terungkap, wilayah Kabupaten Pasuruan merupakan daerah cekungan air, sehingga sumber airnya melimpah lantaran diapit Gunung Brono, Welirang dan Arjuna. Tapi pada saat yang sama juga terungkap, di wilayah Pasuruan terjadi pengambilan Air Bawah Tanah (ABT) yang tak kendali. Ini mengkhawatirkan dan menjadi persolan serius terkait dengan krisisnya sumber air di wilayah tangkapan.

Ketua Forum Koordinasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Pasuruan, Sulistiowati menyebutkan, di Kabupaten Pasuruan terdapat banyak lahan tak produktif alias nyaris kritis yang harus menjadi perhatian pihak terkait. “Upaya konservasi harus dilakukan sebagai upaya meningkatkan tangkapan air,” ungkap dia.

Dia berkesimpulan, untuk mengembalikan kondisi air harus dilakukan secara bersama baik itu stakeholder juga pihak perusahaan, swasta juga masyarakat sekitar. “Catatan data, konservasi tahun 2015 ada 24 perusahaan, 2016 dilakukan 27 perusahan, 2017 sekitar 31 perusahaan dan tahun 2018 hanya 24 perusahaan,” beber Sulistiowati.

Sebagai upaya konservasi dan mengatisipasi krisis sumber mata air, dalam kesempatan tersebut Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pasuruan, mengintruksikan pada perusahaan yang mengambil ABT untuk merealisasikan kewajiban mereka berupa konservasi. “Yakni pengambilan ABT dengan perbandingan 1 liter per detik konservasi 1 hektar,” ujar Tri Mahendra dari DLH Kabupaten Pasuruan.

Tri Mahendra menegaskan, konservasi adalah kewajiban yang akan diberlakukan oleh pihak DLH dalam mengatasi kebocoran air yang menjadi hajat orang banyak tersebut. Mahendra juga menekankan paling tidak konservasi dilakukan dengan ketentuan ABT capai 60 liter per detik harus menanam 4.600 pohon.

Workshop dan diskusi bertema kelestarian air itu digelar Yayasan Kaliandra Sejati kerja sama dengan PT HM Sampoerna tbk. Hadir sebagai narasumber Iva Dewi L (peneliti Unibraw Malang), Syarifuddin Latif (yayasan Kalianda Sejati) dan Mrs Basja Jantowski, dari Alliance for Water Stewardship (AWS) Indonesia.

“Diskusi ini mengingatkan stakeholder untuk menjaga keberlangsung tangkapan air Gunung Arjuna,” ujar Dayat, panitia pelaksana kegiatan tersebut.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh
Tags