JOMBANG, FaktualNews.co – Kalangan orangtua siswa sekolah di Jombang, Jawa Timur, mempertanyakan dan mengeluhkan adanya pengadaan seragam batik untuk tingkat SMP ini. Berdasarkan informasi yang dihimpun, pengadaan seragam batik dipatok dengan harga kisaran Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu per stel.
Salah satu orangtua siswa yang enggan disebut namanya mengatakan, pengadaan seragam batik sangat berlebihan. Terlebih harga seragam yang harus dibayarkan cukup mahal.
“Kami sempat tanya kain seragamnya ini dibeli dari mana ? hanya dijawab di Toko Rama Surabaya. Tapi begitu kami ingin tahu detail alamatnya dimana, baik perwakilan toko maupun sekolah terkesan menghindar,” terang An, salah satu walimurid SMPN 2 Jombang saat pembagian seragam batik, Sabtu (7/9/2019).
Belum lagi, kain gratis seragam pramuka dan biru putih, pihak sekolah juga menentukan penjahit pilihan sekolah.
“Selain mendatangkan toko Rama selaku distributor tunggal kain batik, sekolah juga mendatangkan penjahit pilihan mereka. Alasannya, pemerintah hanya memberikan berupa gelondongan kain tanpa adanya upah potong. Kalau dipotong sendiri-sendiri, dikhawatirkan terjadi kekurangan pada jatah kain gratis tersebut,” tambah pria yang meminta agar identitasnya disamarkan.
Ia juga mengeluhkan tingginya iuran investasi yang ditanggung murid kelas 7, 8 dan 9 selama satu tahun ajaran yang mencapai angka Rp 350 juta.
“Sekolah dan komite mindset masih menggunakan pola-pola lama. Tahun ini kan pakai sistem zonasi, tapi mereka masih berpikir yang sekolah disini adalah anak dari kalangan berada atau mampu,” keluhnya.
Dirinya dan wali murid lain tidak bisa berbuat apa-apa. “Semuanya seolah komite dan sekolah yang menentukan, kami dikumpulkan hanya sebagai legalitas agar seluruh keputusan merupakan hasil musyawarah bersama. Kalau terlihat vokal, maka kami juga khawatir berdampak pada anak kami,” pungkasnya.
Sementara Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Jombang, Karyono, saat dikonfirmasi, membenarkan adanya pengadaan seragam batik khas sekolah tersebut. Ia mengakui penunjukan toko Rama Textile merupakan “warisan”.
“Karena corak dan kualitasnya bagus dan ini merupakan tinggalan yang dulu-dulu, jadi kami ambil dari mereka,” terang Karyono.
Disinggung tentang dikuasainya pengadaan seragam batik atau khas se-Kabupaten Jombang oleh Rama Textile merupakan kesepakatan yang dibuat Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKSS), pihaknya langsung membantah.
“Tidak, saat rapat MKSS saya malah tidak hadir. Jadi pilihan kepada Rama Textile ya karena itu tadi, tinggalan yang lama,” tegasnya kembali.
Pihak MKSS sendiri masih terus diupayakan konfirmasi terkait dugaan monopoli pengadaan kain batik seragam ini.
Data yang berhasil dihimpun, seluruh SMP Negeri di Jombang melakukan pengadaan kain seragam batik secara serentak. Meski masing-masing sekolah memiliki corak dan pola berbeda, namun mereka kompak membeli dari Rama Textile Surabaya.
Harga yang dijual ke para wali murid pun sama, berada dikisaran Rp 400 rbu per stel. Rama Textile sendiri dikabarkan milik seorang pengusaha Textile bernama Ar. Ar diduga memonopoli pengadaan kain di Jombang, sejak puluhan tahun lamanya.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Jombang, drg Budi Nugroho menegaskan, pengadaan kain batik merupakan kesepakatan komite dan paguyuban orang tua.
“Kain batik bukan urusan dinas. Sebenarnya sudah kita anggarkan, tapi belum bisa terlaksana karena kita belum berhasil mempatenkan apa yang akan kita cetak dan bagikan itu,” terangnya.
Terpisah, Koordinator walimurid SMPN 2 Jombang, Irwan Prakoso menandaskan, kain batik tidak melalui komite sekolah ataupun paguyuban. Tapi seluruhnya kewenangan sekolah.
“Kalau kain batik itu murni yang mengadakan sekolah,” pungkasnya.
Update artikel ini juga tayang di KabarJombang.com berjudul: “Monopoli” Kain Batik Seragam SMP se-Jombang, Ini Kata Kepala SMPN 2