PASURUAN, FaktualNews.co – Candi Jawi di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan ini, masih menjadi magnet buat berwisata sejarah bagi warga dari Pasuruan ataupun dari luar daerah Kabupaten Pasuruan. Apalagi di saat hari libur, banyak sekali pengunjungnya.
Untuk menuju lokasi candi, bagi warga dari Surabaya berkendara hanya sekitar 40 menit. Bagi anda yang naik bus dari arah Surabaya maupun Malang anda bisa turun di Terminal Pandaan, lalu naik angkutan Jurusan Tretes atau Trawas kemudian turun di depan Komplek Candi Jawi, yang ada di pinggir jalan raya jurusan Pandaan – Prigen.
Hampir tiap harinya, puluhan pengunjung datang ke lokasi, untuk berwisata bersama keluarga. Bagi pengunjung tak dikenakan biaya masuk.
“Candi ini masih terawat dengan baik sebagai peninggalan bersejarah. Apalagi lokasinya mudah dijangkau, di pinggir jalan raya,” ujar Rizal, pengunjung asal Malang, Minggu (8/9/2019).
Candi Jawi ini berdiri dekat pemukiman warga di atas lahan seluas 40 x 60 meter persegi, dikelilingi pagar bata setinggi 2 meter. Bangunan candi dikelilingi parit banyak dihiasi bunga teratai. Bentuk candi ini berkaki Siwa dan berpundak Buddha dengan ketinggian sekitar 24,5 meter dengan panjang 14,2 meter dan lebar 9,5 meter, terbuat dari batu andesit.
Untuk melestarikannya, setiap malam bulan purnama, di komplek Candi Jawi diadakan Pentas Seni Bulan Purnama yang mempertunjukan seni tari tentang kisah Legenda asal muasal Candi Jawi. Bahkan rencananya pada pekan depan akan digelar Syuroan dan pementasan budaya oleh kalangan pemerhati budaya Kabupaten Pasuruan.
Candi ini juga menjadi inspirasi bagi kalangan pemerhati budaya untuk melakukan kegiatan kebudayaan dalam rangka melestarikan budaya yang mulai kurang diminati generasi muda.
“Kita upayakan ada pementasan budaya. Sehingga nilai-nilai budaya akan sejarah ini tak punah oleh kemajuan zaman,” kata Ki Bagong, pemerhati budaya.
Candi ini dibuat tahun 1300 Masehi merupakan bangunan suci, yang diperkirakan sebagai tempat penderma Kertanegara raja terakhir Singasari (abad 13 M). Arsitekturnya dari perpaduan Hindu dan Budha yang bagian puncak berbentuk stupa. Peninggalan bersejarah Hindu-Buddha Kerajaan Singhasari yang terletak di kaki Gunung Welirang.
Konon, Candi Jawi diduga sebagai tempat pemujaan. Namun sebenarnya merupakan tempat pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singasari, Kertanegara.
Bentuknya tinggi ramping seperti Candi Prambanan di Jawa Tengah beratap dengan perpaduan antara stupa dan kubus bersusun atau meruncing pada puncaknya.
Raja Kertanegara sengaja membangun candi ini jauh dari pusat kerajaan Singasari diduga lantaran di kawasan ini dahulu banyak pengikut ajaran Siwa-Buddha yang sangat kuat serta rakyat yang sangat setia. Candi sangat unik dengan adanya relief di dindingnya. Sayangnya, relief ini hingga saat ini belum bisa dibaca secara detail.
Pahatannya terlalu tipis serta kurangnya informasi pendukung. Sehingga membuatnya sulit untuk diterjemahkan. Candi Jawi sendiri dipugar untuk kedua kali pada tahun 1938-1941 pada masa pemerintahan Hindia Belanda karena runtuh. Perbaikan dilakukan kembali tahun 1975-1980 dan diresmikan tahun 1982.
Sayangnya, arca-arca peninggalan yang ada di Candi Jawi kini telah hilang lantaran telah dipindahkan ke Museum dan sebagian ke kokasi lain maupun tempat-tempat komersial barang-barang antik yang tersebar di beberapa lokasi. Sehingga untuk mengembalikan bentuk arca-arca seperti semula, juga belum mampu menyerupai keasliannya.