FaktualNews.co

Geliat Petani Mangga Alpukat Pasuruan, Hasil Melimpah Dipesan Kedutaan Brunei Darussalam

Ekonomi     Dibaca : 2160 kali Penulis:
Geliat Petani Mangga Alpukat Pasuruan, Hasil Melimpah Dipesan Kedutaan Brunei Darussalam
FaktualNews.co/Aziz/
Salah seorang pembeli tengah memetik mangga alpukat.

PASURUAN, FaktualNews.co – Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, adalah sentra penghasil buah mangga alpukat. Kini, petani mangga tersebut berbangga hati. Pasalnya, buah primadona tersebut mulai panen.

Mangga alpukat adalah buah mangga yang dikupas dan dimakan seperti halnya buah alpukat. Keistimewaan dari mangga ini pada rasanya lebih manis dan tahan lama dibadingkan jenis mangga lainnya atau magga gadung.

Berbeda dari jenis mangga yang biasa dikenal masyarakat, cara menyantap mangga alpukat ini pun cukup praktis.

Mangga ini tidak perlu dikupas kulitnya, tapi cukup dengan dibelah tengahnya kemudian diputar hingga terbelah menjadi dua.

Selanjutnya, daging buahnya dapat langsung dimakan menggunakan sendok seperti makan buah alpukat. Itulah kenapa mangga ini disebut dengan mangga alpukat. Begitu dikenal masyarakat, mangga inipun jadi idola.

Selain cara makannya yang fenomenal, mangga alpukat ini mempunyai keistimewaan lain yaitu daging buahnya lebih tebal. Tekstur lebih padat, jumlah serat buah yang sedikit.

Kadar air yang lebih rendah serta ukuran pohonnya yang tidak terlalu tinggi. Sehingga bagi yang menginginkan dengan mudah untuk memetiknya.

Mangga alpukat sebetulnya bukan perkawinan antara mangga dengan alpukat. Mangga alpukat adalah mangga gadung klon 21 yang sering disamakan dengan mangga arumanis klon143.

Ini karena keduanya memiliki bentuk yang mirip. Meski mirip, kedua jenis mangga ini memiliki beberapa perbedaan. Buah ini baru dipatenkan tahun 2016 lalu.

Salah satu petani mangga alpukat yang berhasil mengembangkan buah yang sangat dicari kalangan wisatawan yang datang ke Pasuruan ini, yakni Ladi Santoso (40). Ia sudah mulai menekuni bisnis mangga alpukat sekitar 10 tahun lalu. Berawal dari menjual dalam bentuk eceran ke jalan raya, pasar atau pesanan yang masih sedikit.

Kini, pesanan yang datang kepadanya tak terbendung. Meskipun belum masuk panen raya, tapi masyarakat dari berbagai jenis profesi yang membeli mangga alpukat “SLS” miliknya, harus rela mengantre.

Sebab, dalam sehari hanya bisa mengumpulkan tak lebih darisatu  kwintal mangga dari total 6 hektar kebun mangga miliknya.

“Kalau bulan Oktober dan November, itu puncak panen mangga alpukat. Kalau sekarang ya masih kurang maksimal. Meski ada, tapi tidak terlalu banyak seperti panen raya, Sehingga harus bisa memilahnya. Mana yang siap dipetik,” ujar Ladi saat ditemui di kebun mangga miliknya, di Dusun Beran, Desa Oro-Oro Ombo Wetan, Sabtu (14/9/2019).

Ia mengaku mendapatkan pesanan satu ton mangga dari Kedutaan Besar Brunei Darussalam, dua pekan lalu. Bahkan mangga alpukat dipesan Grade A, yang berbobot mencapai 1 Kilogram/buah.

“Satu buah saya jual dengan harga Rp 50 ribu, dan mereka mau membelinya, ya saya kirim langsung dengan menggunakan jasa expedisi,” urainya.

Sejauh ini, mangga miliknya disukai hampir seluruh daerah di tanah air. Seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Balikpapan, hingga Kalimantan.

Menurutnya, mangga miliknya sangat berbeda dengan mangga yang lain. Yakni rasa yang sangat legit, meskipun ukuran buah tak terlalu besar seperti mangga gadung pada umumnya.

Ditanya soal harga per kilogramnya, Ladi mengaku menjual seharga Rp 40 ribu untuk grade A dan Rp 25 ribu untuk Grade B. Harga itu terbilang cukup mahal, lantaran masih belum memasuki musim panen raya.

“Kalau pas panen raya hanya Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu untuk grade A,” pungkasnya.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin