SURABAYA, FaktualNews.co – Perangkat digital sedang berada pada masa emasnya. Seperti dilansir Fimale, fakta mengungkapkan rata-rata mayarakat Indonesia mengakses internet dan menggunakan perangkat elektronik seperti gawai selama 8 jam 36 menit perhari.
Kebiasann ini ternyata dapat memicu mata kering. Data mencatat, sekitar 20 hingga 50 persen populasi di dunia mengalami gejala mata kering, bahkan tanpa disadari.
Dr. Nina Asrini Noor, Sp.M mengatakan di tahun 2017 penderita mata kering di Jakarta Eye Center (JEC) mencapai 30,6 persen, dan angka ini terus meningkat setiap tahunnya.
Dr. Nina juga menyampaikan mata kering merupakan kondisi hilangnya keseimbangan komponen air mata yang ditandai dengan berbagai gejala, mulai dari air mata menjadi tidak stabil, peningkatan kekentalan air mata, hingga kerusakan atau peradangan pada permukaan mata.
Aktivitas dengan atensi visual atau fokus tinggi dalam durasi waktu lama, seperti menatap monitor atau gawai, dapat menjadi faktor penyebab mata kering dan lelah.
“Karena pada saat sedang fokus, frekuensi berkedip berkurang, sehingga mata terasa seperti mengganjal, mudah merah berulang, berair, terasa kering, sensasi berpasir, ada kotoran mata, terasa lengket, rasa gatal yang memicu untuk mengucek mata. Membaca buku dan mengemudikan kendaraan juga termasuk kegiatan dengan atensi visual tinggi, yang juga dapat menimbulkan mata lelah atau kering,” ujar dalam acara Buka Mata Buka Insto, di Jakarta, Rabu (11/9/2019).
Penurunan produktivitas
Mata kering berbahaya karena dapat menurunkan produktivitas. Sebuah data dari Universitas Alabama, menyatakan bahwa masalah penglihatan yang tidak terkoreksi (salah satunya mata kering) dapat mengurangi produktivitas hingga 29%. Pada kondisi tertentu, permasalahan mata kering yang diabaikan dapat menurunkan kualitas pada hidup.