Tergeser Alat Elektronik, Nenek di Lamongan ini Tetap Bertahan sebagai Pengrajin Gerabah
LAMONGAN, FaktualNews.co – Ditengah gempuran peralatan elektronik seperti mesin giling bumbu elektrik otomatis, tak membuat Supatun berhenti memproduksi gerabah. Dengan keahlian yang dimilikinya, nenek 70 tahun ini tetap bertahan membuat gerabah jenis cobek sebagai usaha turun-temurun.
Bahkan, dari ketekunan menjalankan usaha yang dibuatnya sendiri itu, warga Desa Gampang Sejati, Kecamatan Laren, Lamongan, Jawa Timur ini, mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.
“Alhamdulillah, berkat usaha kerajinan gerabah ini, anak-anak saya bisa sekolah tinggi, bisa buka usaha toko sendiri, dan cucu saya bisa kuliah,” kata Supatun, sembari membuat gerabah di rumahnya, Kamis (19/9/2019).
Meski saat ini banyak masyarakat yang mulai beralih ke alat elektronik karena kemudahannya membuat bumbu masakan, Supatu tetap meyakini, bahwa cobek berbahan tanah liat buatannya sendiri itu, masih digandrungi.
“Masih banyak orang yang datang mencari cobek. Mungkin karena bumbu yang diolah dari cobek, lebih enak,” ujar Supatun.
Untuk proses pembuatan cobek ini, Supatun masih menggunakan alat tradisional berupa piringan yang bisa diputar. Alat tersebut, menurutnya, digunakan sedari dulu.
“Sudah puluhan tahun membuat cobek seperti ini, sejak saya masih muda. Alatnya juga turun temurun,” aku nenek yang memiliki belasan cucu ini.
Meski usianya sudah tak muda lagi, Supatun masih mampu menghasilkan 50 cobek dalam sehari. Setelah jadid, cobek buatannya itu dijual seharga Rp 3 ribu per biji. Namun, harga tersebut bisa lebih rendah, jika pembeliannya dalam jumlah besar.
“Membuat 50 cobek per hari tidak terlalu berat. Karena sudah terbiasa,” terang Supatun yang merupakan generasi yang ketiga pembuatan gerabah ini.
Ia juga mengaku tidak harus berjualan keliling untuk menjajakan cobeknya. Karena setiap pecan, ada tengkulak dan pelanggan yang datang untuk membeli cobeknya. Bahkan, pelanggan dari berbagai daerah lain, datang sendiri mengambil gerabah yang ia buat, dan sekali datang mereka bisa mengambil lebih dari 500 biji.
“Cobek saya dikenal lebih kuat dibandingkan dengan cobek buatan orang lain, dan Alhamdulillah sudah banyak pelanggan,” katanya.
Nenek Supatun berterus terang, akan terus membuat gerabah sebagai warisan kerajinan dari leluhurnya dan melestarikannya.
“Selagi saya mampu, saya akan terus membuat gerabah semacam ini,” pungkasnya.