FaktualNews.co

Limbah B3 Jadi Uruk Bantaran Sugai, Warga di Mojokerto Resah dengan Bau Menyengat

Peristiwa     Dibaca : 1120 kali Penulis:
Limbah B3 Jadi Uruk Bantaran Sugai, Warga di Mojokerto Resah dengan Bau Menyengat
FaktualNews.co/Amanu
Eksavator saat melakukan pemerataan tanah yang diduga bercampur limbah B3 di sepanjang bantaran kali Marmoyo.

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Dugaan dumping limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) digunakan untuk pengurukan bantaran sugai, meresahkan warga Dusun Kembangan, Desa Mojojajar, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Selain mengancam pencemaran lingkungan, masyarakat sekitar menghawatirkan bau menyengat dari dumping limbah B3, yang nantinya bisa mengganggu kesehatan.

Pantauan di lokasi, tampak tanah berwarna abu-abu kehitaman mengering, sebagian sudah rata dengan tanah. Bahkan, sebagian lain sudah tertutup tumpukan tanah dan bebatuan berwarna coklat, digunakan untuk menutupi longsoran tanggul di pinggiran Kali Marmoyo, sepanjang 150 meter.

Tak hanya itu, bau menyengat juga tercium begitu kuat. Tak urung, setiap warga yang melintas harus menutup hidung.

Dari data yang didapat, kegiatan pengurukan tanggul yang diketahui longsor sejak lama ini, diketahui warga sudah berlangsung seminggu lalu, tepatnya Minggu 15 September 2019.

Salah seorang warga berinisial AR mengaku, tidak tahu secara pasti asal muasal dugaan dumping limbah B3 yang digunakan uruk bantaran sugai.

“Kalau nguruknya dari depan jalan sana, sudah semingguan. Makanya sudah ada yang dikasih tanah uruk biasa atasnya. Kalau yang disitu baru tiga hari ditimbun, itu masih ada tumpukan urukan sama batu besar- besar. Pak lurah sendiri kok yang ngawal, datang nemani tanah diturunkan dari truk kemarin, Jumat 20 September 2019,” ungkap salah satu warga setempat yang enggan menyebutkan namanya ini, Selasa (24/9).

Dia juga mengaku mendapat keterangan dari pihak desa, terkait adanyanya dumping limbah tersebut. Pihak desa mengatakan, tidak ada dampak apapun termasuk pencemaran lingkungan. Tapi anehnya, lanjut dia, aroma yang dikeluarkan dari tanah uruk sangat menyengat.

“Kalau kena panas, baunya nggak enak. Kalau yang sesak yah kasihan, dada jadinya sesak. Jujur saja saya takut kalau air sumber yang saya pakai nanti tercemar. Seperti sebelah selatan sungai yang dekat PT GEI, kalau buat nyuci baju putih bisa berubah warna jadi menguning,” ucapnya.

Sementara Kepala Desa Mojoanyar Kecamatan Kemlagi, Suwandi mengaku pengurukan tersebut atas permintaan warga. “Kalau saya kasih tanah uruk asli ya nggak mampu. Makanya, bawahnya kita uruk itu (limbah, red). Ya pura-pura nggak tau saja. Nanti, atasnya kita beri lapisan urukan tanah,” ungkap Suwandi.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Arief Anas